Sumbu Filosofi Yogyakarta Masuk Daftar Warisan Dunia UNESCO

Sumbu Filosofi Yogyakarta
Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta permaisuri GKR Hemas saat menghadiri upacara Khaul Ageng memperingati Surud Dalem atau wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX di Tratag Gedhong Prabayeksa, Jumat (08/09/2023). (Foto: Dok.Humas Jogja)

TURISIAN.com –  Sumbu Filosofi Yogyakarta, sebuah garis khayal yang membentang melalui sejarah, seni, dan alam, kini memiliki tempat istimewa di dunia.

Baru-baru ini, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menambahkan harta karun budaya baru itu ke dalam daftar Warisan Dunia.

Sementara itu, penetapan ini dirayakan dalam pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO ke-45. Lokasinya  di Riyadh, Saudi Arabia, pada Senin, 18 September 2023.

Indonesia, negeri kepulauan yang kaya akan budaya dan alam, telah menjadi tuan rumah bagi sejumlah Warisan Dunia UNESCO yang tak tertandingi.

BACA JUGA: Jenang Gempol, Kuliner Legendaris di Pasar Pujokusuman Yogyakarta

Dengan penambahan Sumbu Filosofi Yogyakarta, kini terdapat sepuluh permata budaya dan alam dari Indonesia yang bersinar di panggung dunia.

Kelima warisan budaya dan lima warisan alam ini membentuk khazanah tak ternilai yang memancarkan pesona Indonesia kepada dunia.

Mari kita kenali lebih dekat beberapa dari warisan budaya luar biasa yang telah mengukir sejarah:

Kawasan Candi Borobudur

Dengan kemegahannya yang tak tertandingi, Candi Borobudur telah menjadi monumen Buddha terbesar di dunia.

Dibangun pada masa Dinasti Syailendra pada abad ke-7 hingga ke-8, candi ini terdiri dari sekitar 2 juta batu yang diambil dari sungai di sekitarnya.

BACA JUGA: Suluh Sumurup Art Festival Hadir di Taman Budaya Yogyakarta, Apa Saja Yang Dipamerkan?

Mengingat nilainya yang tak ternilai, kunjungan ke atas candi diatur dengan kuota ketat, memungkinkan 1.200 orang per hari atau 150 orang per jam untuk menikmati keindahan candi ini.

Arca Siwa Mahadewa

Kawasan Candi Prambanan

Kompleks candi Hindu terbesar di dunia ini mempesona dengan arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter.

Candi Prambanan, yang dibangun pada masa Raja Rakai Pikatan pada abad ke-9, terletak di wilayah Klaten, Jawa Tengah, dan Sleman, Yogyakarta.

Dengan tiga halaman yang dibatasi oleh pagar keliling, tempat ini adalah bukti megah peradaban Hindu di Indonesia.

BACA JUGA: Obelix Sea View, Spot Wisata di Yogyakarta yang lagi Ngehits

Situs Manusia Purba Sangiran

Sangiran, yang ditetapkan sebagai Warisan Dunia pada tahun 1996, adalah saksi bisu masa lalu manusia. Terletak di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tempat ini terbagi menjadi lima klaster.

Yakni,  mencakup pusat kunjungan, Klaster Dayu, Klaster Bukuran, Klaster Ngebung, dan Museum Manyarejo.

Von Koenigswald, peneliti Belanda, menemukan alat-alat batu hasil budaya manusia purba di sini pada tahun 1934. Dimana, kemudian diikuti dengan penemuan fosil manusia purba pertama pada tahun 1936.

Sistem Subak Bali

Bali, pulau dewata yang indah, juga memiliki warisan budaya dunia dalam bentuk Sistem Subak. Diakui oleh UNESCO pada tahun 2012, sistem ini bukan hanya sekadar sistem irigasi tradisional. Tetapi juga mencerminkan konsep filosofis Tri Hita Karana yang menghubungkan alam roh, dunia manusia, dan alam.

Di sini, budaya gotong-royong dan pelestarian lingkungan menjadi inti dari kehidupan petani padi yang produktif.

BACA JUGA: Omaga Donuts &  Coffee Meluncur di Yogyakarta, Ini Misinya

Teknologi pertambangan bangsa Eropa

Tambang Batu Bara Ombilin, Sawahlunto

Tempat ini bukan sekadar tempat penambangan batu bara tertua di Asia Tenggara, tetapi juga merupakan perpaduan antara kearifan lokal masyarakat Sumatera Barat dengan teknologi pertambangan bangsa Eropa.

Ditambah dengan proses penambangan berkualitas tinggi, tempat ini menampilkan kisah unik pertukaran pengetahuan dan teknologi.

Sumbu Filosofi Yogyakarta

Tidak hanya kaya akan warisan budaya, Yogyakarta juga memiliki satu lagi harta karun yang baru diakui oleh UNESCO. Sumbu Filosofi Yogyakarta adalah sebuah sumbu imajiner yang menghubungkan Tugu Golong Gilig, Keraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak.

Namun, sumbu ini juga membentang lebih jauh, menghubungkan Gunung Merapi di utara hingga pesisir laut selatan.

BACA JUGA: Pembalap Sepeda Berbakat Asal Yogyakarta Ini Juarai Event & Independence For Ride 2023

Gagasan ini berasal dari Sri Sultan Hamengku Buwono I, pendiri Keraton Yogyakarta. Dan memiliki makna “Hamemayu Hayuning Bawono,” yang berarti membuat alam menjadi indah, selamat, dan lestari.

Indonesia, dengan kekayaan budaya dan alamnya yang tak ada tandingannya, terus memberikan kontribusi berharga kepada dunia dengan mempertahankan dan membagikan harta karunnya yang tak ternilai.

Semua ini adalah peninggalan yang tak hanya menjadi milik Indonesia. Tetapi juga warisan yang harus dijaga dan dilestarikan bagi generasi mendatang. Selamat kepada Indonesia atas prestasi luar biasa ini! ***

Pos terkait