Pulau Cangkir yang Indah, Jadi Wisata Religi Populer di Tangerang

Pulau Cangkir
Pulau Cangkir, Kabupaten Tangerang, Banten. (source: Dispar Banten)

TURISIAN.com – Saat Sobat Turisian berkunjung ke pesisir utara Kabupaten Tangerang, Banten, pasti akan melihat sebuah pulau berbentuk unik menyerupai cangkir. Dari tampilannya itu, wilayah tersebut dinamai Pulau Cangkir.

Pulau yang memiliki luas 4,5 hektar tersebut kerap ramai pengunjung. Kebanyakan dari mereka melakukan wisata religi dengan aktivitas ziarah. Karena di objek wisata Banten ini terdapat makam dari salah seorang ulama besar di Banten.

Makam yang ada di pulau tersebut, merupakan makam Pangeran Jaga Lautan. Bernama asli Syekh Waliyuddin, seorang ulama besar yang berasal dari Banten.

Makam itulah yang menjadi daya tarik wisata religi. Hingga banyak mengundang wisatawan domestik tidak hanya dari wilayah Banten, melainkan dari berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga: Pulau Sangiang Banten Suguhkan Beragam Daya Tarik Wisata

Di luar wisata religi dengan ziarah ke makam tersebut, kawasan yang juga kerap disebut dengan nama Pulau Cangkir Kronjo ini menyimpan panorama hutan mangrove yang menawan. Area mangrove ini tersebar di sepanjang jalur menuju pulau. Tambah pesona keindahan lanskap perairan laut yang biru dan jernih.

Sobat Turisian saat berkunjung ke pulau di Banten ini, dapat mengamati kehidupan sehari-hari nelayan setempat. Mulai dari merawat kapal hingga mengolah hasil tangkapan. Ada pula galangan untuk membuat atau memperbaiki kapal para nelayan.

Lokasi & Akses Pulau Cangkir

Lokasi Pulau Cangkir sendiri berada di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten. Berjarak sekitar 25 km dari Kota Tangerang. Perjalanannya dapat memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.

Akses menuju pulau ini semakin mudah karena masyarakat membuat jalan penghubung untuk memudahkan para peziarah. Jalur penghubungnya berupa dek atau jembatan kayu.

Baca juga: Bukit Waruwangi Serang, Wisata Kekinian Banten yang Sejuk Bikin Betah

Lintasan yang menjadi jalur penghubung utama itu, pembuatannya pada tahun 1995. Hebatnya, jalur penghubung ini merupakan hasil swadaya penduduk setempat dengan pengurus situs ziarah.*

 

Pos terkait