Angngaru, Tradisi Lisan Masyarakat Gowa untuk Bersumpah

Tradisi Angngaru Gowa
Tradisi Angngaru Gowa

TURISIAN.com – Indonesia sungguh beruntung memiliki ragam warisan budaya tradisional yang tersebar di berbagai daerah. Selain menarik untuk Sobat Turisian kenali, budaya-budaya tersebut juga unik dan mengandung banyak filosofi. Seperti budaya Angngaru yang merupakan tradisi lisan masyarakat Gowa, terutama di Makassar.

Istilah Angngaru berasal dari kata dasar “aru” yang artinya sumpah. Sedangkan angngaru berarti bersumpah, Sebuah ikrar yang diucapkan orang-orang Gowa pada zaman dulu. Tradisi ini biasanya diucapkan abdi raja kepada rajanya, atau sebaliknya oleh raja kepada rakyatnya.

Saat tampil di hadapan Sombayya (Raja/Pemerintah), tubarani yang akan angngaru berlutut dengan posisi badan yang tegap. Tangan kanan memegang badik yang terhunus. Wajah yang menatap ke arah depan dengan kemantapan dan keyakinan hati, sebagai tanda kesetiaan kepada Sombayya.

Di masa lampau, pelaksanaan angngaru Gowa ini akan terucap sebelum prajurit berangkat ke medan perang. Para prajurit terlebih dahulu harus mengucapkan sumpah aru (sumpah setia) di depan Sombayya. Prajurit bersumpah untuk mempertahankan wilayah kerajaan, membela kebenaran, dan tak akan mundur selangkah pun sebelum mengalahkan musuh.

Tradisi angngaru Gowa ini dapat membakar semangat prajurit sebelum berlaga di medan perang. Juga akan menumbuhkan jiwa ksatria pada tiap individu. Begitulah tradisi ini berlangsung di masa peperangan.

Baca juga: 5 Tempat Makan Coto Makassar Rekomended di Kota Asalnya

Selepas masa perang berakhir, tradisi ini masih masyarakat Gowa lakukan. Para pejabat kerajaan yang baru dilantik harus melakukan tradisi ini. Pejabat baru mengucapkan sumpah di depan Sombayya. Bahwa mereka akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan kerajaan dan menjunjung tinggi kemuliaan raja.

Filosofi dari Tradisi Angngaru Gowa

Beberapa sumber ada yang menyebut tradisi dari Gowa ini sebagai tarian, karya sastra, dan tradisi. Berisi pesan moral, penjagaan terhadap bahaya, dan kesiagaan perlindungan. Pesannya tercermin dari gerakan pangraru (pelaku angraru) yang mengucapkannya dengan lantang.

Hanya orang-orang tertentu yang bisa membawakan tradisi ini. Tidak sembarang orang bisa membawakan tradisi ini, karena membutuhkan keahlian khusus. Dalam pementasannya, pelaku angngaru juga memainkan senjata khas Sulawesi Selatan. Senjata khas tersebut, yakni Badik. Dalam filosofinya badik sebagai simbol penjagaan dan perlindungan.

Lalu pada masa kini, tradisi Angngaru Gowa ini sering tampil dalam kegiatan adat, agenda pemerintahan, maupun dalam penyambutan tamu-tamu kehormatan. Bahkan dalam upacara pernikahan pun angngaru sering tampil.

Baca juga: Mengagumi Keindahan Arsitektur Masjid 99 Kubah di Kota Makassar

Secara filosofi di masa sekarang, ritual ini menyampaikan simbol jika tamu yang berkunjung akan mendapat jaminan keselamatan dan kenyamanannya. Selama berada di daerah yang mereka kunjungi tersebut.*

 

 

 

Sumber & Foto: Disbud Kota Makassar

Pos terkait