Cita Rasa Kopi Sasak Khas Lombok Tengah dengan Campuran Unik

Kopi Sasak Lombok
Ilustrasi. Biji kopi.( pixabay.com / Seksak Kerdkanno)

TURISIAN.com – Daerah ini selain memiliki keindahan objek wisatanya, ternyata juga memiliki kopi tradisional dengan citarasa menggugah selera. Kopi Sasak Lombok, namanya.

Berasal dari Desa Sade Lombok Tengah ini bisa dibilang berbeda. Sebab diseduh dengan campuran unik yang jarang kamu temui sebelumnya.

Suku Sasak biasa mencampurkan sedikit beras kedalam sajian kopi yang mereka tumbuk secara tradisional.

Rumah suku Sasak yang terletak di Desa Sade, Rembitan, Pujut, Lombok Tengah memiliki wilayah persawahan yang cukup luas.

Sehingga banyak dari mereka yang hidupnya dari menggarap lahan pertanian maupun perkebunan.

BACA JUGA: Wisata Baru Lombok Satnite Saribaye, Tempat Asyik Buat Nongkrong

Kebiasaan mencampur sedikit bulir beras ke dalam kopi yang mereka tumbuk adalah hal yang sudah dilakukan secara turun-temurun.

Biasanya, anak-anak akan menyuguhkan campuran kopi dan beras tersebut kepada orang tua mereka sebelum berangkat ke sawah.

Alasannya sederhana, dikarenakan para orang tua hanya sarapan dengan minum kopi. Maka untuk menghindari maag ditambahkan sedikit beras ke dalam seduhan kopi.

Diberikan Campuran Beras

“Kopi Sasak dicampur pakai sedikit beras. Sebab orang tua kami di sini kalau mau berangkat ke sawah sarapannya dengan kopi saja,” ucap Bayu yang tidak lain adalah warga asli Dusun Sasak Sade.

Kemudian, dijelaskan lebih lanjut olehnya bahwa para tetua di desa setempat pun menambahkan beras supaya kopi tetap aman dikonsumsi walau dalam keadaan perut kosong.

BACA JUGA: Cicipi Kelezatan Aneka Kuliner Khas Mandalika Lombok

Tradisi seruput kopi rupanya biasa dilakukan oleh warga suku Sasak di saat senggang. Baik itu di saat pagi, siang maupun malam hari.

Ketika kamu bertandang ke Desa Sade, kamu bisa melihat keseharian dari para wanita Sasak yang tengah menumbuk biji kopi. Uniknya, dalam proses menumbuk tersebut ada  campuran beras yang ditumbuk dengan menggunakan alat tradisional dari kayu.

Harga Kopi Sasak Lombok

Kopi Sasak Lombok juga dijual dalam bentuk kemasan, harga yang ditawarkan juga beragam.

Mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 60.000 per bungkusnya. Maka untuk mendapatkan harga terbaik, keterampilan tawar-menawar sangatlah diperlukan.

Desa Sade yang dihuni oleh sekitar 700 orang atau 150 kepala keluarga ini masih mempertahankan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

BACA JUGA: Mencicipi Kelezatan Kuliner Khas Kendari, Coba 4 Makanan Ini

Menenun juga sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh para wanita suku Sasak, pengunjung pun berkesempatan untuk melihat proses menenun secara langsung.

Sobat turisian bisa melihat kekayaan tradisi khas suku Sasak lainnya seperti hasil tenun yang dibuat langsung oleh para wanita Sasak.

Tiap helai kain tenun atau yang biasa disebut tenun songket khas wanita Sasak ini dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 100.000.

Tergantung dari motif serta ukuran kain yang tersedia, semakin rumit motifnya maka semakin tinggi pula harga jualnya.

Wanita suku Sasak masih memanfaatkan bahan-bahan alami untuk mewarnai kain tenun mereka.

Biasanya warna hijau diperoleh dari daun sirih, batok kelapa yang dibakar untuk menghasilkan warna hitam, kunyit untuk warna kuning serta kapur sirih juga biasa digunakan untuk memperoleh warna putih alami.

Hasil tenun juga mereka kreasikan dalam bentuk produk siap pakai seperti bucket hat yang dijajakan dengan harga Rp 50.000, 1 pak dompet seharga Rp 100.000 yang berisikan 5 buah dompet dan baju lengan pendek seharga Rp 100.000.

BACA JUGA: Perang Topat, Cerminan Kerukunan Umat Beragama di Lombok

Aksesoris Pecintan Tenun Lombok

Pecinta aksesoris juga bisa membeli kerajinan tangan khas suku Sasak lainnya seperti gelang warna-warni berbahan kain seharga Rp 5.000 hingga Rp 10.000.

Sobat turisian juga tidak boleh lupa untuk mengabadikan momen berlatarkan objek wisata dengan pemandangan menakjubkan.

Beberapa spot yang dijamin kekinian untuk berfoto diantaranya adalah pohon cinta, menara pengawas bagi pengunjung yang ingin mendapatkan pemandangan desa dari atas, maupun kegiatan menenun hingga rumah adat suku Sasak.

Warga suku Sasak juga kerap mempersembahkan sejumlah tarian adat tradisional kepada pengunjung yang datang.

BACA JUGA: Teluk Jukung Lombok Timur Diresmikan Sebagai Kampung Lobster

Seperti contohnya adalah atraksi Peresean atau Tari Perang yang hanya dilakukan oleh pria Sasak di Desa Sade.

Dua petarung pria yang disebut peresean yang dilengkapi dengan pemukul dari rotan dan juga tameng dari kulit kerbau akan saling menari layaknya petarung yang saling berhadapan.

Suara gamelan , gendang suling, gong dan rincik akan dimainkan untuk mengiringi kedua peresan tersebut.

Desa ini berjarak sekitar 11 km apabila sobat turisian bertolak dari Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abduk Madjid.

***

 

 

Pos terkait