TURISIAN.com – Di sungai Kampar, Riau kita terkadang melihat banyak anak-anak berselancar. Memang agak unik, dimana pada umumnya olahraga selancar dilakukan di atas ombak laut, tidak demikian di Riau ini.
Di Riau, para peselancar tidak melakukan surfing di laut, melainkan di sungai. Bagi masyarakat Riau, surfing jenis ini dinamakan Bono Surfing, dan lokasinya berada di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Istilah “Bono” ditujukan bagi ombak besar yang ada di Sungai Kampar. Fenomena ombak bergulung-gulung di Sungai Kampar ini bukanlah hal baru.
Masyarakat sudah terbiasa melihat ombak besar tersebut sejak zaman nenek moyang. Bahkan, menurut kisah setempat, Ombak Bono merupakan perwujudan dari tujuh hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal.
Masih dari cerita yang sama, konon ombak Bono ini dahulunya dijadikan ajang uji ketangkasan bertarung bagi setiap pendekar Melayu Pesisir.
BACA JUGA: Berlibur ke Lampung? Kunjungi 5 Tempat Wisata Menarik Berikut Ini!
Ombak Bono di Sungai Kampar
Ombak Bono di Sungai Kampar dapat dikatakan cukup tinggi. Dalam waktu-waktu tertentu ketinggian ombak di Sungai Kampar bisa mencapai 4-5 meter. Jelas tak kalah menantang dari ombak di lautan lepas.
Peristiwa Langka Ombak di Sungai
Sungai Kampar termasuk dalam sungai nomor 5 terpanjang di Pulau Sumatera. Panjangnya mencapai 413 km, di mana hulunya berada di Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatera Barat) dan bermuara di Selat Malaka.
Fenomena alam langka di Sungai Kampar ini terjadi akibat pertemuan arus pasang laut dengan arus sungai.
Dikutip dari Kompas.com, umumnya puncak Bono atau gelombang tertinggi dapat diprediksi sesuai kalender bulan purnama, atau berdasarkan kalender tarikh qomariyah.
Arus ombak ini bergerak dari muara di wilayah Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Metangor. Tidak main-main, jarak yang ditempuh ombak Bono bisa sejauh 50-60 km, dengan kecepatan 40-50 km/jam.
Keunikan Bono Surfing adalah ombaknya yang berlawanan dengan arah arus sungai, sehingga tekanannya cukup deras. Tak seperti ombak besar di laut, ombak bono bisa mencapai panjang sekitar 200 meter hingga 2 km mengikuti lebar sungai.
BACA JUGA: Calendar of Event Natuna, Penuh Keseruan Dari Mei 2022
Festival Bekudo Bono, Jadi Incaran Peselancar Internasional
Menjajal Bono Surfing bukan hanya tantangan peselancar lokal, namun juga peselancar mancanegara.
Pemerintah daerah setempat melirik hal tersebut sebagai sebuah potensi pariwisata. Hingga tercetuslah event tahunan bertajuk: International Bono Surfing Festival dan Bekudo Bono.
Jadi Sasaran Pemecahan Rekor Dunia
Kedua festival ini jadi sasaran pemecahan rekor dunia oleh para peselancar lokal maupun internasional.
Pada 2013 misalnya, peselancar asal Inggris, Steve King bersama dua rekannya berlomba adu ketangkasan dalam Bono Surfing.
Mereka berhasil memecahkan rekor setelah berselancar sejauh 12,3 km selama 1 jam 13 menit.
BACA JUGA: Pacu Adrenalin Lewat Enam Pilihan Olahraga Air Paling Seru di Bali
Rekor ini kemudian dipatahkan oleh James Cotton yang berhasil melakukan bono surfing sejauh 17,2 km, dan sukses mencatatkan namanya dalam Guinness Book of The World Record.
Selain adu ketangkasan melalui Bono Surfing, pemerintah juga mengemas event selancar tahunan ini dengan sangat apik.
Salah satunya adanya tambahan agenda Bono Jazz Festival dan camping ground pada Festival Bekudo Bono 2019.
Harapannya upaya kreatif pemerintah ini menarik minat lebih banyak peselancar lokal dan internasional untuk melakukan Bono Surfing di Sungai Kampar. ***