TURISIAN.com – Museum layang-layang mengingatkan kita pada masa kecil dulu. Siapa sih yang tidak merasakanitu.
Anak-anak cenderung menyukai layang-layang karena merasa seru ketika mainan tersebut dapat terbang tinggi di angkasa.
Semakin beranjak dewasa, mungkin cukup banyak sebagian dari kita yang perlahan mulai melupakan indahnya sensasi bermain layang-layang.
Khusus untuk sobat Turisian yang ingin kembali merasakan keseruannya atau mungkin ingin mengenal layang-layang secara lebih dalam, pariwisata di Indonesia punya solusinya.
Terletak di Jalan H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan, berdiri sebuah museum layang-layang pertama di Indonesia.
BACA JUGA: Uji Adrenalin Menelusuri Lima Labirin Terhebat, Berani Tersesat ?
Konsep Wisata Yang Ditawarkan
Berwisata ke museum itu sama rasanya seperti perjalanan menelusuri lorong waktu, konsep itulah yang juga ditawarkan oleh Museum Layang-layang Indonesia (MLLI).
Sobat turisian diajak menjelajah waktu melalui ragam jenis layang-layang yang menjadi koleksi di sini.
Terdapat setidaknya 600 buah layang-layang di MLLI. Dan dikabarkan bahwa jumlah tersebut terus bertambah seiring dengan koleksi baru dari para pelayang daerah atau luar negeri yang terus berdatangan.
Waktu operasional MLLI adalah setiap hari kecuali hari libur nasional, dan buka mulai pukul 09.00 – 16.00 WIB, dengan biaya masuk per orang sebesar Rp 15.000.
Sudah mulai excited untuk berpetualang? Tapi tunggu dulu, sebelum sobat Turisian menentukan tanggal untuk mengunjungi museum ini, berikut informasi menarik lainnya yang bisa didapatkan di MLLI:
BACA JUGA: TWA Angke Kapuk, Wisata Alam di Jakarta yang Bikin Fresh
1. Ragam Workshop yang Seru
Museum Layang-layang Indonesia menawarkan sejumlah workshop dengan mematok harga mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 80.000.
Hal tersebut tergantung dari jenis workshop yang terselenggara diantaranya, paper fold kite workshop, diamond kite workshop dan melukis layangan polyester.
Bahkan terdapat pilihan workshop lainnya selain layang-layang seperti membuat keramik, melukis t-shirt, melukis wayang dan ragam workshop lainnya.
Namun, sayang nya di masa pandemi workshop dilakukan secara virtual, kendati demikian sobat turisian bisa tetap merasakan sensasi keseruan ketika berinteraksi dengan tutornya langsung.
BACA JUGA: Kampung Kerapu Situbondo, Tempat Budi Daya Ikan yang jadi Wisata Keluarga
Trowulan Mojokerto
2. Desain Arsitektur di MLLI yang Instagramable
Bagi yang hobi berswafoto, sungguh kalian tidak akan menyesal, sebab ada banyak sekali spot-spot yang instagramable di MLLI.
Baiklah, kita mulai menelusuri spot pertama tepat setelah memasuki MLLI, terdapat gerbang yang sangat legend di sini.
Gerbang berupa gebyok raksasa dengan desain unik khas daerah Jawa berwarna coklat nampak megah.
Dilengkapi pula dengan dua buah kursi kayu, kendi dan juga tentunya layang-layang dengan warna senada.
Usut punya usut, ini adalah salah satu spot favorit bagi para pengunjung untuk berswafoto lho.
Hal menarik lainnya adalah soal arsitektur dari bangunan tua MLLI yang ternyata dibawa langsung dari daerah Trowulan Mojokerto.
Pengunjung sejenak akan merasakan sensasi berwisata di pendopo khas Jawa.
BACA JUGA: Berburu Foto Instagenik di Svargabumi Magelang, Wisata Unik di Tengah Sawah
3. Ragam Koleksi Layang-layang
Meskipun namanya Museum Layang-layang Indonesia, sobat turisian juga bisa melihat jenis layang-layang dari berbagai negara.
Seperti layang-layang khas Tiongkok, Belanda, Jepang, Vietnam serta dari negara lainnya.
Ukuran serta bahan yang digunakan pun sangatlah beragam, mulai dari layang-layang miniatur berukuran 2 cm, hingga yang berukuran super besar.
Salah satu koleksi kebanggaanya bernama layang-layang Megaray bahkan berukuran 9 x 26 meter!
Ada juga layang-layang unik dari Kalimantan Selatan, mengapa unik? Sebab apabila terbang, layangan ini haruslah sepasang, kemudian kedua layang-layang ini digantungi alat musik mirip seruling.
Maka, ketika layangan ini diterbangkan, akan tercipta suara musik dari seruling yang tertiup angin, unik bukan?
Bahkan, ada juga layangan pengantin yang khusus diterbangkan ketika upacara adat pernikahan dilakukan.
Dengan tujuan agar penduduk desa sekitar bisa mengetahui bahwa ada upacara adat pernikahan yang sedang berlangsung ketika melihat layangan tersebut mengapung di udara.
BACA JUGA: 10 Desa Di Magetan Ini Disiapkan Masuk ADWI 2022, Ini Daftarnya
Gua Sugipatini
4. Sejarah Layang-layang
Tahukah kamu, bahwa layang-layang pertama di dunia ternyata berasal dari Indonesia? Ya, lebih tepatnya dari Kepulauan Muna, Sulawesi Tenggara.
Seorang ahli bernama Wolfgang Bieck sempat menyanggah sejarah soal layangan berasal dari Cina lewat temuannya di Gua Sugipatini, Desa Liang Kobori di Kepulauan Muna.
Di dinding gua tersebut tergambar lukisan tangan manusia yang nampak seperti seseorang sedang menerbangkan layangan.
Bahkan, diperkirakan layangan Kaghati Kolope ini sudah berusia sekitar 4.000 tahun!
Temukan cerita menarik lainnya seputar penggunaan layang-layang dalam tradisi masyarakat Indonesia. ***