Mengenal Tradisi Sinongkelan di Trenggalek Sebagai Ritual Bersih Desa

Tradisi Sinongkelan

TURISIAN.com – Tradisi Sinongkelan dari Trenggalek merupakan ritual adat istiadat di sebuah desa bernama Desa Prambon. Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Trenggalek berlangsung setiap tahun pada bulan Selo, Jumat Legi (dalam penanggalan jawa) bersaman dengan perayaan Bersih Desa.

Pelaksanaan tradisi Sinongkelan ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Desa Prambon, Trenggalek atas berkah yang diberikan oleh Tuhan. Sekaligus memohon berkah supaya di tahun berikutnya Desa Prambon terbebas dari segala bencana.

Rangkaian acara dalam atraksi budaya ini, dibuka dengan aktivitas nyadran. Nyadran dimulai dari pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri atau genduren selamatan di makam leluhur.

Acara ini berlangsung selama dua hari, dari pagi hingga siang sebelum adzan dzuhur berkumandang. Tradisi Sinongkela dimulai sejak dini hari utuk mempersapkan segala macam sesaji berupa lodho ayam kampung, urap-urap, nasi gurih, mule, metri, hingga jerami padi.

Persiapan sesaji  tersebut dilakukan oleh para wanita yang telah renta atau yang biasa sebagai wanita yang telah luas ari. Setelah semua persiapan selesai, berikutnya lelaki yang telah lanjut usia atu para sesepuh desa memulai ritual nyadran di beberapa tempat.

Baca juga: 4 Objek Gua di Perbukitan Sewu Pacitan, Menarik Buat Wisata Susur Gua

Tempatnya bisa di petilasan atau tempat yang warga anggap keramat. Di antaranya makam Mbah Budha Lanang dan Mbah Budha Wedok, Mbah Canting lanang dan Mbah Canting wedok, Mbah Cokro Lanang, Mbah Cokro Wedok, Bukit Slakar, dan Siraman.

Daya Tarik Sinongkelan

Pada hari kedua, tepatnya malam hari setelah nyadran, barulah saksikan Sinongkelan. Pertunjukan tersebut bertempat di halaman yang luas karena pertunjukan dengan beralaskan tikar. Duduk bersila dan hanya akan berdiri pada gerakan tertentu.

Pertunjukan Sinongkelan ini pesertanya sekitar 15 atau 20 orang sesepuh Desa dengan tiga tokoh di dalamnya. Antara lain satu tokoh Kanjeng Sinongkel, satu tokoh Patih Jaksa Negara, satu tokoh Gandek atau pengawas dalam pertunjukan seta beberapa sesepuh Desa lainnya sebagai wayang atau rakyat.

Sinongkelan berupa tarian yang menceritakan tentang perjuangan Kanjeng Sinongkel dalam mensejahterakan kehidupan warga Desa Prambon atau yang dulu terkenal sebagai Jong biru. Kanjeng Sinongkel merupakan salah satu pembesar istana yang melarikan diri dari kerajaan dan menutupi jati dirinya dengan mengganti nama menjadi Sinongkel.

Pementasan Sinongkelan selain bertujuan untuk mengenang setiap perjuangan Kanjeng Sinongkel pertunjukan (upacara adat) ini juga mempunyi fungsi utama yang berbuga  sebagai pijakan masyarakat di Desa Prambon. Maksud dan tujuan penyelenggaraan Upacara Adat Sinongkelan adalah sebagai ritual Bersih Desa.

Baca juga: Candi Tikus Trowulan, Alternatif Tujuan Wisata di Mojokerto Jawa Timur

Dengan tradisi Sinongkelan, membersihkan segala keburukan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Dan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Serta para leluhur yang telah melimpahkan berkah sehingga hasil pertanian dan kehidupan dapat lebih baik.

Ritul ini bertujuan supaya hasil pertanian yang akan datang bisa lebih baik. Upacara ini juga mengajarkan kepada generasi muda untuk selalau ingat pada sejarah dan leluhurnya. Sehingga nilai-nilai adat dapat lestari dan tidak akan hilang oleh perkembangan zaman.*

 

 

Sumber & foto: Disparbud Trenggalek

Pos terkait