Tradisi Cuci Negeri Soya Ambon dengan Filosofi Membersihkan Diri dan Negeri

Tradisi Cuci Negeri Soya
Tradisi Cuci Negeri Soya Ambon, Maluku. (Source: Dispar Maluku)

TURISIAN.com – Ragam tradisi budaya di Indonesia sangat kaya, hampir setiap daerah mempunyai warisan budaya dan kerafian lokal dengan nilai filosofis yang tinggi. Seperti Tradisi Cuci Negeri Soya di Ambon, Maluku.

Atraksi budaya ini merupakan salah satu tradisi yang sudah lama ada dan berlangsung secara turun-menurun. Bahkan hingga kini masih lestari karena generasi penerus Negeri Soya masih mempertahankannya.

Selain menarik untuk Sobat Turisian saksikan, Tradisi Cuci Negeri Soya sendiri memiliki nilai filosofis yang tinggi. Di dalamnya terkandung makna membersihkan diri dari segala hal yang bersifat negatif dan membersihkan negeri secara gotong-royong.

Pelaksanaan tradisi ini, berlangsung setiap tahun pada minggu kedua bulan Desember. Selain untuk membersihkan negeri, tradisi ini juga berarti menyucikan diri dari perasaan perseteruan, kedengkian, curiga-mencurigai. Simbolnya pada turun mencuci tangan, kaki, dan muka di air Wai Werhalouw dan Unuwei.

Upacara Tradisi Cuci Negeri Soya dipimpin langsung oleh Upulatu (Raja) Soya, John L. Rehatta yang berlangsung di Baileo Samasuru-Negeri Soya. Berada di Kecamatan Sirimau, tak jauh dari pusat Kota Ambon.

Baca juga: Benteng Victoria Tertua di Ambon, Peninggalan Portugis Berusia Ratusan Tahun

Di dalam upacara adat di Ambon ini juga ada rangkaian acara adat lain. Seperti pembersihan negeri, naik ke Gunung Sirimau, upacara adat cuci negeri, cuci air (Wai Werhalouw dan Unuwei), dan masuk kain gandong. Serta menjadi tradisi yang sudah turun-temurun dari masyarakat Negeri Soya Kota Ambon.

Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Tradisi Cuci Negeri Soya sendiri telah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2015 silam. Penetapannya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia kala itu, yakni Anies Baswedan.

Di samping itu, Negeri Soya juga sudah tercatat sebagai salah satu dari 10 desa wisata berbasis musik di Kota Ambon. Karena lokasinya cukup dekat dari pusat Kota Ambon.

Baca juga: Wisata ke Pantai Ngurbloat Maluku, Pantai dengan Pasir Terhalus di Asia

Sebagai informasi, penyelenggaraan tradisi ini bukan hanya berdasar kepada warisan secara turun temurun. Melainkan juga dengan maksud untuk memelihara dan menghidupkan nilai-nilai positif yang masyarakat setempat yakini, agar generasi yang akan datang akan mengenalnya dan selalu ingat.*

 

 

Sumber: ambon.go.id

Pos terkait