Mengenal Ragam Karya Sastra Makassar yang Keberadaannya Mulai Sulit Dijumpai

Karya Sastra Makassar
Sekelompok penari Makassar siap menampilkan seni tari sebagai bagian dari karya budaya setempat. (iStock)

TURISIAN.com – Selain destinasi wisata yang beragam, karya sastra Makassar juga menjadi salah atu daya tarik destinasi di daerah ini.

Mulai dari beraneka jenis dongeng, silsilah, peribahasa, pantun bahkan hingga doa. Dikemas secara apik menjadi karya sastra yang memiliki arti mendalam bagi warga Makassar.

Namun, sayangnya beberapa diantara jenis karya sastra asli Makassar tersebut kini sudah mulai sulit dijumpai. Karena semakin sedikit orang yang melantunkannya.

Dengan mengenal ragam karya sastra khas Makassar, secara tidak langsung sobat Turisian juga bisa menyelami adat serta kebiasaan dari warga setempat. Seperti dikutip TURISIAN.com- dari Instagram @tourism_makassar pada Minggu, 24 April 2022, berikut keunikan ragam karya satra Makassar:

1. Aru

Dalam bahasa setempat, kata ‘aru’ berarti sumpah yang diambil dari kata ‘angngaru’ atau bersumpah.

Jaman dahulu, jenis karya sastra ini merupakan ikrar yang dilantunkan oleh abdi raja kepada rajanya maupun sebaliknya.

Tradisi angngaru dilakukan untuk membakar semangat para prajurit. Sebelum mereka memasuki medan perang guna menumbuhkan jiwa ksatria di dalam diri mereka.

Dengan kata lain, aru juga bisa menjadi pendorong maupun motivasi. Khususnya, untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dari sang raja atau pemerintah di dalam membangun negerinya.

Maka dari itulah di masa silam setiap raja maupun pemerintah akan terlebih dahulu mengucapkan aru sebelum dilantik.

BACA JUGA: 6 Makanan Khas Makassar yang Sayang Untuk Dilewati

Permintaan dan Harapan

2. Doangang

Ini adalah salah satu jenis puisi tempo dulu di dalam sastra Makassar yang memiliki makna hampir serupa dengan mantra dalam bahasa Indonesia.

Kata doanggang memiliki makna seperti permohonan, permintaan atau harapan.

3. Kelong

Merupakan salah satu jenis sastra bugis Makassar yang berbentuk seperti puisi. Dimana setiap barisnya memiliki satu kesatuan utuh yang sarat akan makna.

Kesatuan suara yang terdapat di tiap-tiap baris adalah kesatuan sintaksis. Yang berupa kata atau kelompok kata serta jumlah suku kata di tiap baris dengan pola tertentu.

Kelong tradisional mempunyai kemiripan dengan pantun dalam sastra Indonesia. Dengan bentuk empat baris dalam sebait, memiliki persajakan serta tidak memiliki judul.

4. Royong

Kalau kebanyakan dari sobat Turisian memiliki nina bobo sebagai pengantar tidur. Anak-anak di Makassar memiliki royong yang merupakan lantunan sarat akan makna yang biasa dinyanyikan oleh para orang tua.

Meskipun royong sudah sangat jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karya sastra yang satu ini memiliki makna mendalam. Yaitu agar anak yang diroyongkan tersebut senantiasa mendapat keselamatan, kesenangan, kebahagiaan, ketentraman serta kesejahteraan di dalam hidupnya.

Royong dilantunkan di dalam ritual upacara adat seperti ketika mencuci benda-benda pusaka kerajaan, perkawinan, sunatan, khitanan, upacara akil baligh dengan memakaikan baju adat kepada anak gadis serta upacara ritual kelahiran maupun upacara penyembuhan dari penyakit cacar.

BACA JUGA: Benteng Fort Rotterdam Makassar, Bukti Kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo

5. Pau-pau

Biasa dikategorikan sebagai hikayat, pau-pau adalah salah satu bentuk karya sastra yang berusaha mengungkapkan realitas yang ada di masyarakat yang memiliki pesan moral dibaliknya.

Di masa sekarang ini, pau-pau digunakan dalam arti kisah yang melukiskan ragam celah kehidupan manusia yang kerap dibaca untuk pelipur lara serta pembangkit semangat juang.

Hak Istimewa dalam Bermasyarakat

6. Sinrilik

Untuk sinrilik biasanya disampaikan dengan cara seperti melantunkan lagu secara berirama, baik menggunakan alat musik maupun tanpa alat musik.

Dan kesok-kesok merupakan jenis alat musik tradisional yang biasanya digunakan untuk mengiringi sinrilik.

Setiap orang dapat mempelajari sinrilik, dengan demikian seorang passinrilik bisa datang dari latar belakang profesi beragam seperti nelayan, petani maupun guru.

Dan di kehidupan warga Makassar jaman dahulu, seorang passinrilik mendapatkan hak istimewa di kehidupan sosialnya baik berupa materi seperti pemberian sebidang sawah dari penguasa setempat maupun bentuk immaterial semial mendapatkan pengakuan dari masyarakat.

Ada jenis sinrilik yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Makassar, yaitu Sinrilik Kappalak Tallumbatua yang merupakan cerita dengan latar sejarah perjuangan dari masyarakat Gowa.

Karya sastra Makassar tersebut merupakan kekayaan lantunan lisan dari penduduk setempat yang menjunjung tinggi adat istiadat. ***

Pos terkait