Benteng Fort Rotterdam Makassar, Bukti Kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo

Benteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam Makassar. (source Dispar Makassar)

TURISIAN.com – Kota Makassar, Sulawesi Selatan menyimpan bangunan bersejarah sebagai bukti kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo di abad 16 hingga masa kolonial Belanda. Berupa benteng bernama Fort Rotterdam yang berada dekat Pantai Losari, ikon wisata Makassar.

Sebelum masuk kolonialisasi Belanda, Fort Rotterdam merupakan Benteng Jumpandang yang didirikan Kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1545. Benteng ini termasuk dalam 15 benteng pengawal yang dibangun oleh Kerajaan Gowa-Tallo.

Dibangun Raja Gowa X yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung dengan gelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Awalnya benteng ini berbentuk segi empat seperti halnya benteng gaya Portugis dengan material dasar campuran batu dan bata.

Kemudian terjadi serangan VOC Belanda di bawah pimpinan Admiral Cornelis Janszoon Speelman pada 1655-1669 yang menyebabkan benteng rusak dan beralih kepemilikan. Saat itu, Raja Gowa Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya yang menyatakan penyerahan benteng kepada VOC.

Perpindahanan paksa tersebut mengubah nama benteng menjadi Fort Rotterdam, sesuai kota kelahiran Speelman di Belanda. Gubernur Jendral Speelman lalu membangun kembali benteng yang sebagian hancur dengan gaya arsitektur Belanda, seperti yang tampak sekarang.

Baca juga: Benteng Ranu Hitu, Situs Peperangan Tradisional dan Perjuangan Masyarakat NTT

Sejak tahun 1667 benteng ini pernah difungsikan sebagai markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan, kediaman pejabat tinggi, dan pusat pemerintahan kolonial Belanda. Di tempat itu pula Pangeran Diponegoro pernah ditawan dari tahun 1833 sampai dengan wafatnya pada 8 Januari 1855.

Struktur Bangunan

Benteng Fort Rotterdam memiliki sekitar 100 ruangan. Salah satunya digunakan sebagai tempat penahanan Pangeran Diponegoro hingga akhir hayatnya. Ada pula Museum La Galligo yang menyimpan sejarah Gowa-Tallo dan juga daerah-daerah lain di Provinsi Sulawesi Selatan.

Komples benteng ini juga menjadi lokasi berdirinya sejumlah bangunan dan struktur. Meliputi pintu gerbang, 16 bangunan bergaya kolonial, sumur kuno, parit keliling, dan tembok keliling. Denah benteng pun berubah menjadi bentuk menyerupai penyu dengan lima bastion model mata panah.

Setiap bastion diberi nama masing-masing, antara lain Bastion Bone di sebelah barat, Bastion Bacan di sudut barat daya, Bastion Buton di sudut barat laut. Kemudian Bastion Mandarsyah di sudut timur laut dan Bastion Amboina di sudut tenggara.

Tiap sisi benteng berukuran panjang bervariasi, dinding barat berukuran 225 m, dinding utara 164 m, dinding timur 193,20 m, dinding selatan 155,35 m. Tinggi dinding benteng maksimal 7 meter dan tebal dinding bentengnya sekitar 2 meter.

Sekeliling benteng dibuat parit, kecuali sisi barat. Hingga kini, hanya parit sisi selatan yang masih dapat diamati, dengan lebar bervariasi antara 20-40 meter. Pintu utama benteng pun semula berada di sisi timur, namun saat ini sudah tidak digunakan lagi dan digantikan pintu di sisi barat.

Baca juga: Berbekal Sejarah Perdagangan Dunia, Makassar Siap Jadi Poros MICE Indonesia

Keberadaan Fort Rotterdam sekarang sudah digunakan sebagai museum dan pusat berbagai kegiataan kebudayaan. Lokasinya berada di Jalan Ujung Pandang dan dibuka untuk umum setiap hari tanpa dipungut biaya masuk. Mulai pukul 09.00 WITA hingga pukul 18.00 WITA.*

Sumber: Kemdikbud & Disbudpar Sulsel

 

Pos terkait