Kain Tenun Baduy, Kreasi Masyarakat Desa Kanekes yang Menawan

Kain tenun Baduy
Seorang wanita Baduy sedang menenun kain tenun Baduy.

TURISIAN.com – Kain Tenun Baduy merupakan hasil kerajinan dari masyarakat Desa Kanekes atau dikenal dengan Suku Baduy. Kain ini memiliki corak dan jenis yang indah dan khas, hingga mampu tembus ke pasar Internasional.

Tenun Baduy pada dasarnya mempunyai tiga jenis kain tenun. Antara lain jenis selendang kecil, selendang besar samping atau biasa disebut sebagai sarung, dan juga telekung.

Khusus jenis selendang besar samping bercorak tertentu dengan warna hitam yang berpadu garis kecil berwarna biru muda. Dari tenun Baduy selendang besar ini, bisa dijahit hingga membentuk berbagai jenis produk seperti sarung ataupun rok.

Pembuatan Kain Tenun Baduy

Suku Baduy terkenal sebagai masyarakat yang menghargai dan melestarikan alam. Sehingga dalam pembuatan kain tenun ini pun, mengandalkan dari alam. Seperti bahan kain berupa kapas hasil penanaman sendiri. Lalu masyarakat Baduy pun memintal kapas tersebut menjadi sebuah benang.

Baca juga: Jangan Lewatkan Event Seba Baduy 2022, Sajikan Ritual Adat hingga Camping Ground

Proses pemintalan benang menggunakan alat pintal yang sederhana. Setelah jadi benang, barulah para wanita akan menenunnya. Dalam proses ini, melarang para lelaki melakukan penenunan. Mitos yang beredar di sana, menyebutkan bahwa jika lelaki menenun benang, maka perilaku lelaki tersebut akan berubah menyerupai perempuan.

Pada dasarnya kain Tenun Baduy berfungsi sebagai pakaian sehari-hari. Hingga pakaian khusus untuk ritual upacara adat.

Harga Kain Tenun Baduy

Beragam corak yang indah dan menawan dari kain tenun ini, membuat para penenun mematok harga yang cukup variatif. Di pasaran, harga tenun Baduy mulai dari Rp 50.000 untuk syal dengan ukuran kecil. Hingga Rp 200.000 untuk jenis produk yang berupa sarung berukuran yang cukup besar.

Patokan harga yang cukup rendah untuk sebuah karya indah dengan proses pembuatannya yang membutuhkan waktu lama dan keterampilan tinggi. Untuk menyelesaikan satu helai kain saja, memakan waktu beberapa hari.

Baca juga: Tasikardi, Danau Buatan Peninggalan Kejayaan Kasultanan Banten!

Kegiatan menenun di Desa Kanekes ini, sudah menjadi tradisi dari warisan leluhur. Makanya ada aturan adat yang mengikat, seperti laki-laki tak boleh menenun tadi. Kemudian dalam proses pembuatannya yang masih tradisional dan tetap menjaga tradisi dengan mengandalkan pada alam.*

 

 

 

Sumber & Foto: Disbudpar Banten

Pos terkait