TURISIAN.com – Apa yang ada di pikiranmu ketika ingin melakoni olahraga selancar? Ya, pasti berdiri di atas papan seluncur.
Otomatis, untuk berselancar kamu perlu berhadapan dengan gulungan ombak di lautan.
Tapi, pernah enggak kita berpikir untuk menjajal olahraga tersebut di aliran sungai?
Walaupun secara umum, aktivitas seperti memancing, berenang, dan arung jeram adalah hal yang kerap dilakoni di sungai.
BACA JUGA: Tiga Aktivitas Wisata Olahraga yang bisa Dinikmati di Destinasi Wisata Pariaman
Nah, bagaimana jadinya jika kita mencoba berselancar ke sungai?
Hal tersebut beneran bisa kalian coba saat ke Kecematan Kuala Kampar. Lokasinya, berada sekitar tiga jam perjalanan dari Pangkalan Kerinci, Ibukota Pelalawan.
Kabupaten sisi timur Sumatera ini memiliki satu-satunya destinasi selancar yang sama sekali tidak mengandalkan ombak pantai.
Alih-alih ombak biru, tempat itu justru menyuguhkan ombak dengan riak cokelat yang bergulung-gulung.
Sungai ajaib itu bernama Kampar. Berkat itu pulalah, Pelalawan menjadi basis peselancar alias surfer untuk menaklukan ombak besar sungai tersebut.
BACA JUGA: Inilah 5 Destinasi Wisata Olahraga di Indonesia yang Wajib Dicoba Keseruannya
Haus Sensasi Baru
Para surfer yang haus sensasi baru, tentu destinasi yang satu ini cocok buat dijadikan spot terbaik.
1. Bono sanggup mengguncang adrenalin
Ombak cokelat yang bergulung-gulung dengan ketinggian hingga empat meter sanggup menantang surfer sejati. Ombak yang dijuluki bono itu mampu memacu jantung dan adrenalin.
Selain peselancar lokal, bono sendiri sudah pernah dicipi oleh pelancong—merangkap surfer—dari beberapa wilayah mancanegara. Seperti Perancis, Italia, Jerman, Amerika Serikat, Brasil, Singapura hingga Afrika Selatan.
Saking sangarnya, penduduk sekitar sungai mesti terbiasa untuk menghadapinya. Supaya enggak kebanjiran, rumah-rumah warga memilih rancangan berbentuk rumah panggung.
Bahkan sebelum era 90-an, sebagian warga yang bernyali kerap menjadikan bono sebagai wahana hiburan.
Sebuah permainan lokal: Bekudo Bono (“berkuda di atas bono”) tercipta dengan cara memacu perahu ke lidah gulungan ombak kala itu.
BACA JUGA: Tiga Pantai di Gunungkidul Yogyakarta dengan Aktivitas Watersport Seru
Tiga Jenis Ombak
2. Lahir dari fenomena alam yang unik
Biasanya, sungai ini menawarkan tiga jenis ombak yang bisa kalian jajal. Yakni, mellow (lambat), hollow (cepat), dan barrel (berbentuk lorong).
Namun, bagaimana sebenarnya ombak sungai bisa terbentuk? Bono sesungguhnya bisa lahir kapan saja asalkan medannya memenuhi syarat.
Sungai yang mempertemukan dua arus laut banyak mempengaruhi siklus pasang surut serta dorongan angin.
Kampar sendiri tercipta dari fenomena alam yang unik. Benturan air dari Selat Melaka, Laut Cina Selatan dan aliran sungai, berhasil membentuk fenomena bono.
Gulungan air ombak yang melebar hingga dua kilometer panjangnya.
BACA JUGA: Yuk Coba Nikmati 5 Aktivitas Wisata Olahraga di Mandalika Lombok Berikut Ini!
3. Ketinggian lebih tinggi
Fenomena ombak sungai alias bono bisa muncul setiap bulan. Bono bisa hadir baik siang maupun malam hari.
Titik tertingginya terjadi saat bulan purnama, pada saat gravitasi bulan mengangkat permukaan air lebih tinggi dari biasanya.
Selain tiga jenis ombak, sungai Kampar juga memiliki ombak andalan yang terkenal sebagai seven ghost—ombak dengan tujuh lapisan.
Dalam teori ilmiah, ombak bono itu sebagai tidal bore. Dulu, sungai kampar menyuguhkan ombak yang tingginya mencapai enam meter.
Akibat pelebaran badan sungai dan pendangkalan dasar sungai telah menyusutkan ketinggian bono menjadi empat meter sekarang ini.
BACA JUGA: 9 Tips Praktis Bagi Perempuan yang Ingin Solo Traveling
Surfer Asal Perancis
4. Surfer asing pertama menantang Bono
Walaupun pamornya masih terbilang kalah dibanding Bali, Kampar dengan bono-nya tetap mampu menarik perhatian.
Tepatnya pada tahun 2008, bono mulai tertangkap radar peselancar internasional. Seorang surfer asal Perancis menemukan foto-foto bono di internet.
Peselancar bernama Antony tersebut langsung mempelajarinya dan menggali informasi.
Beberapa waktu berselang, tepatnya pada September 2010 ia akhirnya memutuskan terbang ke Indonesia untuk menjajal tidal bore ala sungai Kampar.
Dengan begitu, Antony terbilang sebagai peselancar asing yang pertama kali ‘bermain-main’ dengan bono. Tak pelak, ombak sungai Kampar kian bergema baik pada skala nasional maupun internasional hingga kini.
Sebagai catatan juga nih, Sobat Turisian. Ombak sungai tidak cuma Indonesia. Ada bono lain pada beberapa negara dan menjadi buruan para selancar.
Seperti Brasil, kita akan menemukannya dengan nama pororoca. Bono Inggris bernama severn bore, dan negara tetangga, Malaysia juga memilikinya dengan sebutak benak.
Nah, baik surfer atau bukan, ada keinginan nggak buat nyambangin Kampar dan menyaksikan langsung keganasan bono ? ***