TURISIAN.com – KEK Singhasari di Kabupaten Malang, Jawa Timur diproyeksikan menjadi ekosistem konten kreator terbesar di Indonesia.
Saat ini Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari jadi tempat Animation and Film Factory (AFF) yang cukup representative.
Menjadi salah satu klaster bisnis yang dikembangkan di KEK Singhasari saat ini yaitu bisnis konten.
Memiliki sekitar 20 studio dengan 500 kreator, yang menganut pola plasma inti yang saling mendukung, dan ekosistem kampung animasi.
Di KEK ini juga ada beberapa studio yang sudah memiliki IP, dan sudah didaftarkan HAKI-nya atas nama pribadi.
BACA JUGA: Kota Binjai Membidik Kaum Muda Tumbuhkan Ekonomi Kreatif
KEK Singhasari sendiri telah diresmikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 25 Oktober 2022.
Sementara itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf Henky Hotma Parlindungan Manurung mengungkapkan pihaknya ingin menjadikan KEK Singhasari sebagai pusat animasi dunia.
Hal itu ia sampaikan saat bericara dalam Diskusi Pilot Project Pengembangan IP Financing Malang di Gedung Content Garage, KEK Singhasari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat 4 November 2022.
Pembiayaan Industri IP
Diskusi ini dianggap penting karena diharapkan bisa membuka mata dan menambah pemahaman bagi para pemangku kepentingan.
BACA JUGA: Pelaku Ekonomi Kreatif NTB Didorong Masuk Ekosistem Digital
Khususnya institusi pembiayaan terkait industri IP seperti gim, animasi, dan aplikasi. Begitu juga sebaliknya bagi para pelaku usaha di industri IP, dapat memahami akses pembiayaan yang ada untuk industri ini, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR).
“Proses diskusi ini harus dilakukan sebagai langkah awal. Sebab kami beri contoh seperti industri startup 10 tahun yang lalu. Belum banyak yang memahami proses bisnisnya sama dengan industri IP saat ini,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menparekraf Bidang Inovasi dan Kreativitas Joshua Puji Mulia Simanjuntak mengatakaan untuk pembiayaan industri kreatif ke perbankan tidak bisa dilepaskan dari jaminan atau agunan.
BACA JUGA: Pelaku Ekonomi Kreatif Diberi Warung Rojali Oleh Kemenparekraf
Namun sumber pembiayaan tidak hanya bersumber dari perbankan.
Pemberi pinjaman tentu akan lebih melihat kemampuan penerima pinjaman untuk membayar pinjamannya.
“Pemerintah sedang berusaha mengembangkan skema pembiayaan bagi industri kreatif agar ekosistem pembiayaan berbasis IP dapat berjalan. Adapun pemerintah khususnya Kemenparekraf juga memberikan bantuan pelatihan, matchmaking, dan lain-lain,” kata Joshua.
Industrif Kreatif Berbasis IP
Lalu, Staf Ahli Menparekraf Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi, R. Kurleni Ukar menambahkan melalui PP Nomor 24 tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif, pemerintah ingin menumbuhkembangkan industri kreatif berbasis IP.
BACA JUGA: Kehadiran Wisata Kuliner Kaimana, Membuat Kaum Muda Papua Barat Kreatif
Karena industri ini adalah masa depan bangsa yang memiliki potensi yang sangat besar.
“IP sebagai jaminan fidusia hanya salah satu yang dibahas dalam PP nomor 24. Selain itu ada kontrak dalam kegiatan ekonomi kreatif, dan hak tagih dalam kegiatan ekonomi kreatif,” paparnya.
“Saat ini pemerintah juga sedang berusaha untuk membangun skema valuasi KI, dan juga pasar sekunder untuk industri IP,” lanjut Kurleni Ukar.
Sementara itu, David Santoso selaku Direktur Utama BUPP KEK Singhasari mengatakan pihaknya siap untuk melahirkan sembilan IP unggulan dari KEK singhasari yang siap untuk dipasarkan di tahun 2023.
BACA JUGA: Jakarta Fashion Tampilkan Berbagai Produk Kreatif dan Gerai Kuliner
“Kami juga telah berdiskusi dan berkomunikasi dengan Kemenparekraf untuk membahas kerja sama dan kolaborasi yang bisa dilakukan terkait skema pembiayaan berbasis IP,” ujar David.
Diskusi ini dimoderatori oleh Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Anggara Hayun Anujuprana.
Dan diikuti oleh para pemilik studio dan IP di KEK Singhasari seperti Chiyo Creative Fun House, Hening Studio, Monohero, Orro Animation, TNA Animation, dan Meraki Studio.
Kemudian ada yang lainnya, seperti Uqistudio, Paradise Picture, Omah Storia Kreatif Lab, History Film, PT. Lokanima Kreatif Nusantara, Raya Media Creative, X-Chain Labs, Lets Play, Kamera Malan, Heartz, dan Audionai. ***