TURISIAN.com – Pemangkasan anggaran kementerian dan lembaga yang dilakukan pemerintah pada 2025 menjadi batu sandungan baru bagi industri hotel.
Kebijakan efisiensi sebesar Rp 256,1 triliun itu berpotensi memangkas pendapatan hotel, yang selama ini bergantung pada tamu dari kalangan pejabat serta acara pemerintahan.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani mengakui, pemangkasan anggaran ini menjadi tantangan serius.
Namun, ia tetap optimistis sektor perhotelan akan mampu bertahan.
“Kami yakin para pelaku industri pariwisata memiliki resiliensi tinggi. Tantangan ini harus dijawab dengan strategi yang tepat,” ujar Hariyadi dalam Musyawarah Nasional (Munas) XVIII PHRI, Selasa, 11 Februari 2025.
Sejak lama, hotel-hotel di berbagai daerah menjadi tuan rumah bagi acara-acara pemerintahan. Mulai dari rapat hingga focus group discussion (FGD).
Namun, dengan pemotongan anggaran, kementerian dan lembaga diperkirakan akan mengurangi belanja perjalanan dinas dan penyelenggaraan acara di hotel.
BACA JUGA: Dampak Pemangkasan Anggaran, Industri Hotel Kehilangan Rp 24,8 Triliun
Tak hanya faktor anggaran, sektor perhotelan juga dihantui ketidakpastian global. Gejolak geopolitik dunia membuat banyak orang enggan bepergian. Hal ini mempersempit peluang industri wisata untuk bangkit sepenuhnya pascapandemi.
Hariyadi–yang baru saja terpilih kembali sebagai Ketua Umum PHRI periode 2025-2030 menekankan pentingnya dukungan pemerintah.
Hal ini agar sektor pariwisata tidak sekadar menjadi pelengkap, tetapi prioritas dalam perekonomian nasional.
Ia mencontohkan negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia yang lebih agresif dalam menggarap industri ini.
“Dengan strategi yang matang dan dukungan penuh dari pemerintah, kita bisa sejajar dengan negara-negara pesaing di kawasan,” kata Hariyadi.
Kini, industri hotel harus pintar-pintar beradaptasi. Tak bisa lagi hanya mengandalkan tamu dari instansi pemerintah, pelaku usaha perhotelan mesti meracik strategi baru.
Misalnya, menggali pasar wisatawan domestik dan internasional, mengoptimalkan teknologi, serta memperkuat daya tarik destinasi.
Tahun 2025 barangkali akan menjadi ujian berat bagi sektor perhotelan. Tapi, bagi yang cerdik membaca peluang, inilah saatnya membuktikan ketangguhan. ***