Kompleks Pasujudan Sunan Bonang, Objek Wisata Religi Rembang

Pasujudan Sunan Bonang
Pasujudan Sunan Bonang di Rembang, Jateng.

TURISIAN.com – Bagi Sobat Turisian yang senang melakukan perjalanan wisata religi, terutama menelusuri jejak dakwah para Wali Songo. Bisa mencoba mengunjungi Kompleks Pasujudan Sunan Bonang di Kabupaten Rembang.

Objek wisata religi ini terletak di sebuah bukit yang bersebelahan dengan Pantai Binangun. Berada dalam wilayah Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Nama “pasujudan” pada kompleks ini berasal dari Bahasa Jawa dengan kata dasar “sujud” yang berarti gerakan sholat dengan wajah mencium tanah. Masih dalam Bahasa Jawa, sujud dapat berarti menyembah atau beribadah secara umum.

Sedangkan penambahan pa dan an pada kata “pasujuduan” mengubah kata kerja sujud menjadi kata benda pasujudan yang berarti tempat untuk menyembah atau bersujud. Dengan menghadap tepat ke laut Jawa, dari posisi Pasujudan Sunan Bonang, Sobat Turisian bisa melihat hamparan Laut Jawa yang luas.

Saat ini pasujudan tersebut berupa batu berada di dalam cungkup di kompleks pasujudan bersama makam Putri Campa. Batu tersebut berasal dari batu andesit yang terbentuk datar yang cukup untuk tempat sholat.

Di Kompleks Pasujudan Sunan Bonang, Sobat Turisian akan menemukan tiga buah batu. Untuk yang berukuran paling besar, banyak yang mempercayai sebagai tempat bersujudnya Sunan Bonang. Ada pula yang menyebutkan bahwa batu ini merupakan alas untuk memancing Sunan Bonan. Karena rumah Sunan Bonang ini berada di sekitar laut dan bermatapencaharian nelayan.

Pernah sewaktu Sunan Bonang memancing dan waktu ashar hampir habis dan tidak memungkinkan apabila ia kembali ke rumah. Maka beliau salat di batu tersebut hingga membentuk bekas anggota badan Sunan Bonang berupa telapak tangan dan lutut seperti posisi orang salat.

Baca juga: Menikmati Sunset Eksotis Sekaligus Melihat Benda Bersejarah di Watu Layar Rembang

Sementara pada batu yang lain di Pasujudan Sunan Bonang ini terdapat pula cap telapak kaki beliau. Telapak ini menurut masyrakat merupakan cara berdiri Sunan Bonang menggunakan satu kaki layaknya posisi burung bangau. Hal ini bermakna sebagai tirakat oleh Sunan Bonang.

Pada batu tersebut masih membekas telapak kaki Sunan Bonang. Kedua batu tersebut banyak yang meanggapnya sebagai bantal dari Sunan Bonang. Tempat penemuan batu-batu tersebut, yaitu di lereng bukit kemudian dinaikkan ke atas dengan bangunan cungkup. Namun tidak ada yang mengetahui kapan cungkup ini berdiri.

Makam Putri Cempa di Kompleks Pasujudan Sunan Bonang

Bergeser ke sebelah utara cungkup Sunan Bonang, Sobat Turisian terdapat cungkup sebagai makam dari Putri Campa. Cungkup yang satu ini memiliki arsitektur yang indah dengan empat tiang penyangga cungkup yang terbuat dari tulang belakang ikan paus.

Namun ketika pemugaran umpak tersebut ada pergantian  dan keasliannya pun hilang. Sementara itu jirat seta nisan makam juga sudah tidak asli, namun merupakan tambahan saat pemugaran makam pada tahun 1918.

Banyak yang mempercayainya, bahwa Putri Campa sendiri merupakan murid dari Sunan Bonang dengan nama asli Bie Nang Tie. Ia berasal dari Negeri Campa pada wilayah Tonkin, sekitar daerah Kamboja yang kini merupakan wilayah dari Vietnam.

Baca juga: Wisata Religi dengan Mengunjungi Wali Songo di Pulau Jawa

Bie Nang Tie merupakan putri dari seorang Dhampo Awang atau seorang Laksamana dari kapal niaga Champa. Kapal ini pernah mendarat di Teluk Regol (Bonang) Rembang.*

 

 

 

Sumber & Foto: Dinbudpar Rembang

Pos terkait