TURISIAN.com – Sebagai daerah yang sejak lama dikenal sebagai penghasil timah, Provinsi Kepulauan Babel (Bangka Belitung) masih tetap menebar magnet wisata.
Provinsi yang membawahi dua pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung ini menyimpan sejuta pesona. Tentu, atas keindahan alam yang dimiliki.
Pasca eksplorasi pertambangan bijih timah yang sudah berlangsung cukup lama provinsi ini, mau tidak mau mendorong hadirnya devisa baru.
Pariwisata pun menjadi pilihan provinsi dengan julukan “Negeri Serumpun Sebalai” tersebut. Tak terkecuali, bekas tambang berupa kolong atau danau disulap menjadi spot destinasi yang tak kalah menariknya.
BACA JUGA: Pantai Tikus Emas, Jangan Tinggalkan Saat Berkunjung ke Bangka
Eksplorasi Bijih Timah Dari Masa ke Masa
Data terakhir, penambangan bijih timah dari zaman kerajaan dahulu hingga sekarang ini, Pulau Bangka terdapat 1.021 kolong.
Atau danau dengan luasan 1 hingga 22 hektare tersebar Kabupaten Bangka berjumlah 413, Bangka Selatan 124, Bangka Tengah 208, Bangka Barat 244 dan Pangkalpinang 32 kolong bekas tambang timah.
Sementara eksplorasi bijih timah Pulau Bangka sudah mulai sejak 1711 dan Pulau Belitung pada 1852.
Penambangan bijih timah berlangsung sejak ratusan abad yang silam, sehingga sangat pantas kepada Bangka Belitung mendapat apresiasi sebagai provinsi penghasil timah.
BACA JUGA: Ingin Ngopi di Belitung Timur ? Kalian Harus Tau Caranya
Sebelum otonomi daerah, penambangan timah Pulau Bangka dan Belitung pengelolaanya oleh PT Koba Tin. Mereka memulai eksploitasi pada 1973.
Sementara PT Timah Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun.
Setelah berlakunya era otonomi daerah, aktivitas Tambang Inkonvensional (TI) atau tambang rakyat banyak berjalan secara perorangan. Para penambang ini merajalela kemana-mana.
Pasca Pertambangan Timah
Dan berdasarkan data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, ada 1.315 TI yang masuk wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah.
Isu ekonomi pascatambang mulai berhembus kencang sejak 2009. Atau sembilan tahun setelah provinsi ini menuju pemekaran pada 21 November 2000.
BACA JUGA: Keciput Belitung Dibidik Kemenparekraf Masuk ADWI 2022
Dan berbagai program serta gagasan mulai bergulir dengan inisiasi oleh para petinggi daerah.
Satu program yang sangat populer dan juga kontroversi saat itu adalah, menjadikan Provinsi Kepulauan Babel daerah pariwisata pasca-penambangan bijih timah secara sporadis.
Panorama alam pantai dihadapkan pada pemandangan ratusan kapal keruk bijih timah menyisir bagaikan kapal perang.
BACA JUGA: Menjelajahi 5 Pulau Eksotik di Belitung dalam Sehari
Sementara bagian darat lubang-lubang tambang menganga, terliahat jelas pada kawasan hutan.
Bunyi mesin tambang bagaikan meriam perang dengan kebisingannya dan alat berat membongkar isi perut bumi.
Situasi alam yang sedang “kritis”, baik darat maupun di laut membuat pemerintah harus memutar otak untuk mengutak-atik program pascatambang yang bisa terselaraskan dengan sektor kepariwisataan.
Kemudian muncul sederet program secara masif pada seluruh kabupaten Babel. Seperti revitalisasi lubang bekas tambang menjadi objek wisata.
Atau destinasi wisata tambang dengan menyulap lubang bekas tambang menjadi kawasan wisata potensial. (Sumber: Antaranews/Bersambung)
***