Desa Kete Kesu Toraja Sajikan Wisata Budaya dan Deretan Tongkonan nan Indah

Desa Kete Kesu Toraja
Deretan Tongkonan di Desa Kete Kesu Tana Toraja.

TURISIAN.com – Desa Kete Kesu merupakan perkampungan adat yang sangat menjaga budaya tradisional. Sehingga menjadi destinasi wisata budaya Tana Toraja, Sulawesi Selatan yang cukup populer. Dengan daya tarik utama berupa deretan rumah adat Toraja, yaitu Tongkonan dan tempat pemakaman.

Secara keseluruhan, perkampungan adat Toraja memiliki memiliki luas wilayah adat sekitar 95.000 m2. Untuk tanah yang telah memiliki sertifikat hak milik, seluas kurang lebih 3570 m2 masuk dalam klas A39 atas nama Layuk Sarungallo sebagai pengelola yayasan.

Batas wilayah Desa Kete Kesu di bagian timur laut berbatasan dengan wilayah adat Tondon (Lembang Tondok Batu, Kecamatan Tondon), Bunoran (Kampung Bonoran, Kelurahan Panta’nakan Lolo, Kecamatan Kesu), dan Tandung (lembang Tandung, Kecamatan Sanggalangi). Sedangkan di bagian barat laut berbatasan dengan wilayah Adat To’bubun (Kampung Ba’tan, Kelurahan Ba’tan, Kecamatan Kesu).

Saat berkunjung ke sini, Sobat Turisian bakal melihat kompleks tongkonan. Di dalamnya terdapat 5 banua tangkonan dan 15 alang, liang, rante, kombong, bubun, serta pangalambaran. Spot ini pun cantik buat latar swafoto kalian.

Banua Tongkonan Desa Kete Kesu

Banua Tongkonan yang berjumlah lima tersebut memiliki fungsi dan status masing-masing. Dulu, kelimanya terpisah dan berdiri secara otonom. Kemudian pada tahun 1908 Pong Panimba menyatukannya di lokasi sekarang.

Kelima tongkonan ini antara lain, To’bamba sebagai pelaksana pemerintahan adat; To’sendana sebagai pelaksanan urusan sosial; Kesu sebagai sebagai pemimpin tertinggi adat dan tertua (layuk) dan memiliki dimensi yang paling besar; Tonga sebagai keamanan, ketertiban, peradilan dan kesehatan; dan Rura sebagai dewan pertimbangan atau penasehat. Kini, untuk Banua Tongkonan Rura beralih fungsi menjadi museum; lalu ada So’lau atau Borongso’lau sebagai pelaksana urusan keagamaan atau ritual.

Secara umum bentuk dan material bangunan banua dan alangnya masih memakai bentuk asli dan menggunakan bahan asli, seperti misalnya atap yang menggunakan bambu. Tata letak dengan penataan banua dan alang berhadapan.

Baca juga: Tongkonan yang Unik dan Indah, Rumah Panggung Tradisional Masyarakat Toraja

Susunan banuanya berjajar dengan orientasi utara selatan yang juga merupakan tata letak asli dalam konsep pemukiman Toraja. Teknologi ornamen hias yang dipasang atau dipahatkan pada banua dan alang termasuk pewarnaan, juga terlihat masih asli.

Liang di Desa Kete Kesu Toraja

Liang atau gua alam di Desa Kete Kesu merupakan areal pekuburan yang berada di bagian lereng bukit karst. Berada di arah selatan atau bagian belakang tongkonan, berjarak sekitar 200 meter. Terletak pada ketinggian sekitar 812 meter di atas permukaan laut.

Sementara untuk peti matinya (erong) ada yang terletak di tanah, dalam ruang gua, atau tergantung di tebing (kubur gantung). Bentuk erong yang ada terdiri atas bentuk hewan (kerbau dan babi) dan bentuk rumah tongkonan. Menurut tradisi tutur yang berkembang, bentuk hewan merupakan bentuk yang pertama kali digunakan.

Penggunaan gua alam (liang) sendiri sebagai tempat penguburan, tidak lepas dari bentuk peringatan dan penghormatan kepada leluhur yang datang pertama kali di Kesu’ (Puang Ri Kesu’). Dan menginap di gua alam sebelum membangun tongkonan. Setelah meninggal, jenazah Puang Ri Kesu dimasukkan ke dalam erong dan menyimpannya di dalam gua.

Kemudian untuk area pemakaman masyarakat umum terletak di bagian timur laut Tongkonan Desa Kete Kesu yang berjarak sekitar 1,3 km. Terletak pada ketinggian 820 mdpl, area pekuburan yang bernama To’kata ini berada di bukit-bukit kecil Libukang.

Spot Menarik Lain di Desa Kete Kesu Toraja

Selain Tongkonan dan pemakaman, Desa Kete Kesu ini juga memiliki hal menarik lainnya. Antara lain rante atau tempat upacara yang berjumlah dua spot, ada Rante Kesu dan Rante Tonangka. Ada pula Kombong atau istilah untuk Tanah Adat, Hutan Adat, Kebun, dan Sawah Adat.

Berikutnya ada Bubun (Sumur) merupakan sumber air dahulu sebelum masuknya PAM. Desa Kete Kesu mengandalkan dari Bubun Karerok. Terletak di Kampung Tonga, Kelurahan Panta’nakan Lolo, Kecamatan Kesu yang berada di bagian barat tongkonan berjarak sekitar 800 meter.

Lalu terdapat Pangalambaran atau t empat pengembalaan hewan ternak. Ada dua lokasi di desa ini, antara lain Sakantombi dan To’letok yang berada di bagian timur laut dan berjarak 2 km hingga 2,5 km dari tongkonan.

Baca juga: Pango Pango, Negeri di Atas Awan Tana Toraja yang Memesona

Dulunya menjadi tempat pengembalaan kerbau karena menurut penuturan masyarakat, area ini hanya ditumbuhi rumput dengan sedikit pohon. Sehingga memang cocok sebagai area penggembalaan kerbau yang jumlahnya bisa mencapai ratusan ekor. Namun sekarang, lokasi ini hanya berfungsi sebagai sawah untuk menanam padi bila sudah musimnya tiba.*

 

 

Sumber & Foto: cagarbudaya.kemdikbud

Pos terkait