Masjid Raya Al Mashun, Wisata Religi Medan Peninggalan Kesultanan Deli

Masjid Raya Al Mashun Medan
Masjid Al-Mashun di Medan, Sumut. (dok. Kemdikbud)

TURISIAN.com – Kota Medan, di Sumatra Utara memiliki bangunan cagar budaya bersejarah dan menjadi ikon wisata religi kota ini. Tempatnya yaitu Masjid Raya Al Mashun atau dikenal juga sebagai Masjid Raya Medan. Sobat Turisian bisa mengunjungi destinasi ini sambil liburan di Medan!

Tempat ibadah umat Muslim ini berlokasi di Dukuh Sungaimati, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimon, Kota Medan. Sisi timur Masjid Raya Al mashun menghadap ke Jalan Sisingamangaraja dan sisi utaranya tertuju ke Jalan Masjid Raya.

Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari Istana Maimun yang merupakan Istana Kesultanan Deli. Sebuah kerajaan yang turut membangun peradaban Melayu modern di tanah Sumatera. Pembangunannya mulai pada 21 Agustus 1906, saat Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam memimpin Kesultanan Deli.

Latar belakang pendirian bangunan ini karena Sultan Ma’mun ingin mewujudkan sebuah masjid yang megah. Menurutnya, hal itu lebih utama dibandingkan kemegahan istananya yang telah berdiri sejak 1888.

Sultan Deli ini menghabiskan dana sebesar 1 juta gulden untuk membangun Masjid Raya Al mashun Medan. Dana pembangunan masjid ini juga dibantu seorang saudagar dari etnis Tionghoa bernama Tjong A Fie.

Arsitek Masjid Raya Al Mashun Medan

Pembangunannya selesai pada 1909 dan digunakan pertama kali untuk salat Jumat, pada 10 September 1909 atau bertepatan dengan 25 Sya’ban 1329 Hijriah. Ketika sudah berdiri dan resmi digunakan, Masjid Raya Al mashun tampak megah serta memiliki sayap di sisi selatan, utara, timur, dan barat.

Awalnya, Masjid Raya Medan ini hasil rancangan arsitek Belanda Theodoor van Erp yang juga merancang Istana Maimun. Tetapi kemudian proses pengerjaannya oleh JA Tingdeman.

Baca juga: Tiga Spot Terbaik di Samosir untuk Menikmati Keindahan Danau Toba dari Ketinggian

Kala itu, Van Erp ketika dipanggil ke Pulau Jawa oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk bergabung dalam proses restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah pada 1907–1911. hebatnya lagi, sebagian material bangunan masjid hasil impor dari negara lain. Antara lain marmer untuk dekorasi dari Italia dan Jerman, kaca patri dari Tiongkok, dan lampu gantung dari Prancis.

Tingdeman merancang masjid ini dengan denah simetris segi delapan dalam corak bangunan campuran Maroko, India, Eropa dan Melayu, serta Timur Tengah. Pola bangunan oktagonal itu menghasilkan ruang bagian dalam unik, berbeda dari masjid kebanyakan.

Struktur Bangunan Masjid Al Mashun

Kubah masjid letaknya di tengah bangunan berbentuk tidak membulat, melainkan pipih oktagonal mengikuti desain bangunan. Desain demikian terkenal dengan sebutan Moghul.

Ada 8 pilar berdiameter 60 cm yang menopang kubah utama yang menembus hingga ke bagian dalam masjid, tepat di ruang salat. Selain itu, terdapat 4 kubah lebih kecil tepat di atas empat bangunan sayap.

Sekilas, gaya bangunan Masjid Raya Al mashun ini mengingatkan kita akan Masjid Raya Banda Aceh. Keempat bangunan sayap masjid mempunyai beranda lengkap dengan pintu masuk dan tangga hubung, karena antara pelataran dengan lantai utama masjid posisinya ditinggikan.

Bangunan masjidnya terbagi menjadi ruang utama, tempat berwudu, gerbang masuk, dan menara. Ruang utama, tempat salat, berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Pada bagian mihrab terbuat dari marmer dengan atap kubah runcing.

Sobat Turisian pun akan melihat jendela-jendela besar mengelilingi pintu beranda terbuat dari kayu dengan kaca-kaca patri unik. Lebih indah lagi saat terkena sinar matahari, akan memancarkan warna menarik.

Lalu ada ornamen dengan nilai estetika tinggi yang tercermin pada bagian dalam masjid. Seperti pada dinding, plafon, tiang-tiang, dan permukaan lengkungan yang kaya dengan hiasan bunga dan tumbuh-tumbuhan dan kaligrafi Islam. Wah kebayang betapa indahnya masjid ini, Sobat Turisian!

Baca juga: 5 Varian Kopi Asal Sumatera Utara dengan Aroma dan Cita Rasa Khas

Di Masjid Raya Al mashun Medan ini, Sobat Turisian juga bisa melihat mushaf Alquran tua berusia ratusan tahun yang terpajang di pintu masuk untuk jemaah laki-laki. Mushaf terbuat dari kertas kulit yang sangat tua, pembuatannya di Timur Tengah. Meski berupa tulisan tangan dan berusia tua, kitab suci ini masih utuh dan ayat-ayat yang tertera di dalamnya masih jelas untuk dibaca.*

 

 

Sumber: indonesia.go.id

 

 

Pos terkait