Catatan Sejarah, Setelah Ratusan Tahun di Belanda 272 Objek Warisan Budaya Pulang ke Indonesia

Catatan Sejarah
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, memegang sebilah keris yang merupakan benda warisan budaya yang dikembalikan pemerintah Belanda ke Indonesia. (Foto: Dok.Kementerian Kebudayaan)

TURISIAN.com – Tahun ini menjadi catatan sejarah tersendiri bagi Indonesia. Bagaimana tidak, setelah ratusan tahun lamanya, 272 objek warisan budaya dari Belanda bisa kembali ke Indonesia.

Dan, Senin 16 Desember 2024, menjadi babak baru dalam upaya melestarikan sejarah dan budaya Nusantara.

Di antara artefak yang dipulangkan, dua patung singa bersayap dari Istana Cakranegara, Lombok, menjadi sorotan utama.

Sementara itu, patung-patung yang dirampas selama Perang Lombok pada 1894 itu bukan sekadar ornamen.

Dalam arsitektur tradisional, singa bersayap adalah simbol pelindung istana. Penjaga kekuatan, dan martabat Kerajaan Mataram Lombok, yang diperintah dinasti Karangasem.

Kini, setelah lebih dari satu abad berada di negeri orang, kedua patung itu kembali ke Tanah Air dengan membawa pesan pemulihan martabat bangsa.

“Setiap artefak memiliki ceritanya sendiri. Tim ahli akan melakukan rekonstruksi untuk menggali lebih dalam asal-usul dan konteks historisnya,” ujar Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, kepada pers.

Perang dan Perampasan

Sedangkan, perang Lombok menjadi latar belakang perampasan ini. Konflik yang berlangsung pada 1891–1894 berakar pada ketidakpuasan rakyat Sasak terhadap kebijakan sewenang-wenang Raja Mataram, Anak Agung Made Karangasem.

Ketegangan memuncak ketika Kerajaan Mataram memaksa Desa Praya membantu perang di Bali dan menyediakan logistik.

Pemberontakan yang dipimpin tokoh spiritual Guru Bangkol itu menarik perhatian Belanda.

Selanjutnya, melihat peluang yang ada, pemerintah kolonial ikut campur dengan dalih membantu rakyat Sasak.

Pada 1894, Belanda mengirim ekspedisi militer besar-besaran ke Lombok, mengakhiri kedaulatan Kerajaan Mataram.

Istana Cakranegara hancur, dan kekayaan kerajaan dirampas, termasuk patung-patung singa bersayap tersebut.

BACA JUGA: Pertamina Melanjutkan Misi Menjaga Warisan Budaya Nusantara

Pulang dengan Harga Diri

Pengembalian artefak ini adalah hasil kerja sama panjang antara pemerintah Indonesia dan Belanda.

Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen, menyebut pengembalian ini sebagai upaya memperbaiki ketidakadilan sejarah.

“Artefak pulang kampung,” tulis Gerritsen di Instagram.

Langkah ini juga mendapat sambutan dari Wakil Wali Kota Rotterdam, Said Kasmi.

Ia mengatakan, keputusan ini mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya Indonesia dan memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Mayerfas, menambahkan, “Artefak ini tidak hanya bernilai artistik, tetapi juga simbolis dan historis bagi Indonesia.”

Narasi di Balik Artefak

Setibanya di Indonesia, dua patung singa ini akan dipamerkan di Museum Nasional Jakarta bersama artefak lainnya.

Tim ahli akan mengkaji lebih lanjut benda-benda bersejarah itu, mulai dari keris, arca, perhiasan, hingga kain tradisional.

“Kami ingin mengembangkan narasi dari artefak ini,” kata Fadli Zon.

Narasi itu, menurutnya, dapat melahirkan berbagai respons budaya, seperti film, tari, hingga puisi, sebagai ekspresi penghargaan terhadap sejarah.

Patung singa itu kini tidak hanya berdiri sebagai benda mati. Tetapi simbol hidup dari perjuangan bangsa untuk meraih kembali identitas dan harga dirinya.

Pulang kampung, dua kata yang kini penuh makna bagi warisan budaya Nusantara, sekaligus menjadi catatan sejarah bagi negeri ini. ***

Pos terkait