Laba Konsolidasi Perusahaan Pariwisata Negara Injourney Rp355 Miliar

Laba Konsolidasi
Istana Anak Anak Playcentre di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Taman rekreasi legendaris ini sekarang di kelolah oleh Injourney. Foto: Dok. iStock

TURISIAN.com – Wakil Direktur Utama InJourney Edwin Hidayat Abdullah memperkirakan laba konsolidasi triwulan I 2023 sebesar Rp355,6 miliar (belum diaudit).

Pencapaian ini terkait dengan peningkatan pendapatan usaha konsolidasi InJourney pada triwulan I 2023 yang tercatat mencapai Rp5,04 triliun.

Lebih lanjut Edwin mengatakan bahwa kondisi pandemi yang semakin terkendali dan adanya liburan Natal dan Tahun Baru semakin mendongkrak kunjungan wisatawan.

“Kondisi ini  membawa dampak positif bagi seluruh anggota holding InJourney,” jelas Edwin dalam keterangan persnya, Minggu 7 mei 2023.

BACA JUGA: Info Penerbangan, AirAsia Pindah ke Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta

Sebagaimana diketahui, InJourney merupakan Holding BUMN pariwisata yang mengelola lima perusahaan.

Yaitu PT Angkasa Pura I (AP I), PT Angkasa Pura II (AP II), PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC), PT Hotel Indonesia Natour (HIN), dan PT Sarinah.

Pendapatan konsolidasi InJourney berasal dari kontribusi kelima anggota holding tersebut. Dengan sektor pengelolaan bandara menjadi kontributor terbesar.

AP I dan AP II masing-masing berkontribusi sebesar 38,7 persen dan 54,7 persen dari keseluruhan holding.

BACA JUGA: Dukung Ajang F1 Powerboat Danau Toba, AP II Siapkan Bandara Sisingamangaraja XII

AP I membukukan pendapatan sebesar Rp1,9 triliun, sementara AP II mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,8 triliun.

Pergerakan pesawat pada triwulan I 2023 terealisasi sebanyak 251.019 pergerakan pesawat. Atau meningkat 4,5 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pada sektor ritel, PT Sarinah berkontribusi sebesar 3,8 persen dari pendapatan usaha konsolidasian, yaitu sebesar Rp193 miliar.

Heritage Management

Sedangkan pada sektor destinasi pariwisata heritage management (TWC) dan pengelolaan hotel (HIN), keduanya berkontribusi sebesar Rp77 miliar dan Rp17 miliar.

BACA JUGA: Pemesanan Kamar Hotel Milik BUMN Sudah Mencapai 50 Persen

InJourney Group mengalami peningkatan trafik pesawat dan penumpang, yang sejalan dengan kondisi pandemi yang semakin terkendali.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada Maret 2023 mencapai 1,19 juta orang, naik 42,67 persen dibandingkan Maret 2022.

Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan Nusantara mencapai 6,13 juta orang, naik 32,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ini sejalan dengan adanya penurunan kasus COVID-19, pelonggaran PPKM, akselerasi vaksinasi dan booster sebagai instrumen utama transisi.

BACA JUGA: Tingkatkan Pariwisata Sumbar, KA Wisata Mak Itam di Sawahlunto Kembali Beroperasi

Peningkatan laba konsolidasi InJourney juga tidak terlepas dari kontribusi dari sektor destinasi pariwisata heritage management dan pengelolaan hotel.

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (TWC) serta PT Hotel Indonesia Natour (HIN) masing-masing memberikan kontribusi sebesar Rp77 miliar dan Rp17 miliar.

TWC menjadi pengelola situs warisan dunia Candi Borobudur dan Candi Prambanan serta kompleks Ratu Boko yang menjadi destinasi wisata favorit di Indonesia.

BACA JUGA: Penumpang di Bandara Sam Ratulangi Manado Capai 80 Ribu Orang pada Libur Lebaran

Hotel Indonesia

Sementara HIN mengelola Hotel Indonesia, hotel mewah yang terletak di jantung kota Jakarta.

Keberadaan TWC dan HIN turut meningkatkan kualitas destinasi wisata dan layanan penginapan bagi wisatawan.

Peningkatan pendapatan dan laba konsolidasi InJourney pada triwulan I 2023 tentunya menjadi kabar yang menggembirakan bagi seluruh pemangku kepentingan, terutama para investor.

BACA JUGA: Bandara Soekarno-Hatta Dinobatkan Sebagai Bandara Penghubung Terbaik di Dunia

Namun, tentunya masih banyak tantangan dan risiko yang harus dihadapi oleh InJourney dan seluruh perusahaan di sektor pariwisata di masa depan.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah adanya kemungkinan terjadinya gelombang pandemi yang baru.

Seperti yang telah kita lihat pada pandemi COVID-19, dampaknya sangat besar bagi industri pariwisata. Dan menyebabkan banyak perusahaan di sektor ini mengalami kerugian. ***

Pos terkait