Wisata Atu Belah di Aceh Tengah yang Unik dan Berbalut Mitos

Atu Belah Aceh Tengah
Atu Belah Aceh Tengah.

TURISIAN.com – Wisata “Atu Belah” di Kabupaten Aceh Tengah menyajikan sebuah batu yang menjulang tinggi dan seperti terbelah dua. Keberadaannya cukup populer karena cerita mitos yang membalutnya. Konon batu ini dapat menelan seorang manusia yang menyanyi.

Kalau Sobat Turisian penasaran dengan keberadaan batu ini bosa langsung menuju ke lokasinya. Terletak di Kampung Penarun, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Di balik mitosnya, ada sejuta kisah penuh inspirasi yang dapat menjadi petuah bagi generasi muda.

Lokasi Atu Belah tersebut cukup strategis, berada di tengah hutan pinus di Kecamatan Linge yang juga penuh nilai sejarah. Sobat Turisian dapat menempuhnya dengan perjalanan sejauh lebih kurang 38 Km dari pusat kota kabupaten. Kondisi jalan menuju ke sana sudah mulus, baik dari arah lintas Pegasing atau melalui pinggiran Danau Lut Tawar.

Mitos yang berkembang di wisata batu ini, konon ceritanya dapat menelan siapa saja yang menyanyi dengan nada sedih menggunakan bahasa Gayo atau bersebuku dalam bahasa Gayo. Perlahan batu tersebut akan terbelah dan menarik orang tersebut ke dalamnya, sehingga yang tersisa hanya rambut seseorang yang telah ditelan.

Cerita Mitos di Wisata Atu Belah

Menurut informasi dari masyakarat setempat objek Atu Belah, dahulu kala di Desa Penarun ada sepasang suami-istri dengan dua anak, anak sulung berusia 7 tahun dan balita.  Keluarga ini tergolong ekonomi lemah, salah satu sumber penghasilannya adalah bertani.

Kemudian Ayahnya sering berburu ke hutan setelah kegiatan bertaninya luang. Singkat cerita, pada suatu waktu, tibalah waktu makan siang,. Anak sulungnya merajuk lantaran tidak ada ikan untuk lauk makan siangnya, ia terus merengek meminta ikan.

Melihat anaknya meminta ikan, sang ibu merasa bersedih, lalu memerintahkan si sulung mengambil sendiri belalang yang ada di lumbung. Sang anak pun berangkat menuju lumbung dengan wajah ceria, berharap ada lauk yang bisa mereka santap saat makan siang.

Baca juga: Danau Lut Tawar Aceh Tengah yang Indah dan Menyimpan Legenda Masyarakat Gayo

Beberapa ekor belalang pun ia tangkap dan bawa pulang. Namun ada yang terlupakan, si sulung lupa menutup pintu lumbung, sehingga semua belalang beterbangan dari dalam lumbung.

Ayahnya pun tiba dari hutan selesai berburu, wajah lelah pun terlihat. Begitu pula dengan perasaan kesal, lantaran tidak ada yang ia bawa pulang dari hutan. Dengan begitu tidak ada santapan yang bisa ia olah. Tambah lagi perbuatan si sulung tidak menutup pintu lumbung, kekesalannya mulai berkecamuk, amarahnya memuncak.

Kemarahannya itu berawal saat istrinya mengatakan, belalang yang ada di lumbung habis beterbangan. Emosinya memuncak hingga tak tahan diri, terjadilah tragedi yang memilukan. Ia marah betul terhadap istrinya sehingga mengambil parang dan melukai istrinya itu.

Tak terima dengan perlakuan suami, sang istri berlari meninggalkan rumah sembari merintih kesakitan dengan darah yang bercucuran. Tak tentu arah, hingga akhirnya menuju ke salah satu batu bernama “Atu Belah”.

Peristiwa di Atu Belah

Di sanalah ia meluapkan kesedihannya dengan sebuku atau bersenandung. Tiba-tiba, bumi berguncang, batu itu terbelah seolah telah menunggu si Ibu untuk masuk dan tertelan batu tersebut. Lalu dua anaknya menyusuri ibunya itu sembari menangis. Sedangkan ayahnya turut mengejar namun upaya itu gagal.

Anak-anaknya histeris menangis, melihat ibunya yang perlahan berjalan menuju batu tersebut, berusaha menahan dengan jeritan tangis. Namun sang ibu tak menghiraukan jeritan anaknya, ia tetap fokus masuk ke dalam Atu Belah tersebut.

Baca juga: Buntul Rintis Aceh Tengah, Wisata Alam dengan Beragam Spot Foto Intagenic

Tubuhnya pun tertelan batu perlahan, suasana alam berubah, hujan lebat dengan angin kencang menyelimuti tragedi itu. Setelah proses itu usai, alam pun kembali normal.

Kedua anaknya hanya melihat sisa tubuh sang ibu, yaitu bagian rambutnya. Menurut informasi yang beredar di sekitar wisata Atu Belah, sang anak mencabut tujuh helai rambut ibunya. Hal itu sebagai jimat pelindung mereka.*

 

 

Sumber & Foto: Dispar Kab. Aceh Tengah

Pos terkait