TURISIAN.com – Banyuwangi tak hanya memiliki seni budaya Tari Gandrung yang pamornya sudah terkenal ke mana-mana. Masih banyak tradisi seni dan budaya di daerah ini yang menarik dan autentik. Seperti tradisi seni bela diri Pencak Sumping yang pelestariannya sudah lintas generasi.
Tradisi Pencak Sumping biasa tampil setiap Hari Raya Idul Adha. Masyarakat Dusun Mondoluko, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi yang melaksanakan dan memelihara kelestariannya. Saat pementasannya ada iringan musik tradisional dengan irama yang rancak.
Penampilan atraksi seni bela diri tradisional tersebut, diikuti para pendekar, mulai dari anak-anak hingga lanjut usia. Mereka menampilkan jurus-jurus silat, baik dengan tangan kosong maupun menggunakan senjata.
Asal-usul Tradisi Pencak Sumping tidak terlepas dari sejarah Dusun Mondoluko. Di zaman penjajahan Belanda, Buyut Ido terluka (luko) sampai terkoyak (modol-modol), hingga akhirnya mendasari penamaan dari Dusun Mondoluko.
Baca juga: 5 Camilan Khas Banyuwangi, Pas Buat Teman Minum Teh atau Ngopi
Semua masyakat mulai dari anak-anak hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan berhak mempelajarinya. Hingga kini warga Mondoluko tetap melestarikan pencak silat sebagai bela diri yang warga pelajari.
Mengutip dari laman banyuwangitourism, salah satu pelestari Tradisi Pencak Sumping, Rayis menyampaikan, ama Pencak Sumping sendiri, berasal dari suguhan pada zaman itu yang mengiringi para pendekar saat berlatih.
“Sumping” merupakan makanan tradisional yang terbuat dari kukusan pisang berbalut adonan tepung. Kalau di daerah lain terkenal dengan nama kue Nagasari.
Baca juga: Takjub, Melihat 1000 Patung Penari di Taman Gandrung Terakota Banyuwangi
Bahkan saat atraksi tanding dua pendekar silat, sumping juga digunakan untuk pengakuan kemenangan. Biasanya pendekar yang menang akan menyumpal mulut lawan yang kalah dengan kue sumping.*