Menikmati Minuman Sehat di Warung Jamu Ginggang yang Melegenda di Jogja

Warung Jamu Ginggang
Warung Jamu Ginggang Yogyakarta. (source: Dispar Kota Yogyakarta)

TURISIAN.com – Jamu merupakan minuman kesehatan tradisional Jawa yang hingga kini masih lestari dan banyak peminatnya. Seperti di Yogyakarta, jamu tradisional Jawa banyak dijual di warung atau kedai khusus. Salah satunya Warung Jamu Ginggang yang telah melegenda di Yogyakarta.

Warung Jamu Ginggang sudah ada sejak tahun 1950 dan menjadi pelopor industri jamu di Jogja. Di sini, Sobat Turisian bisa menikmati jamu di tempat, tinggal pilih menu jamu yang tersedia. Lokasinya di Jl. Masjid No.32, Pakualaman, Kota Yogyakarta,

Istimewanya, Sobat Turisian juga dapat menyebutkan keluhan kesehatan kepada penjualnya. Nanti mereka akan membuat racikan jamu yang berkhasiat menyembuhkan keluhan tersebut. Umumnya, jamu yang sudah tersedia berupa racikan standar. Berkhasiat untuk perut kembung, masuk angin, flu perut, atau sakit perut.

Mengutip dari laman Dispar Kota Yogyakarta, menurut Rudy Supriyadi penerus Jamu Ginggang generasi ke-5, resep jamu di sana berasal dari mbah buyut bernama Mbah Joyo. Mbah ini merupakan seorang abdi dalem Kraton Puro Pakualaman yang bertugas membuat jamu.

Rudy mengakui, mereka masih memakai dan membukukan resep jamu dari Mbah Joyo. Jadi para penggemar jamu ini, akan tetap setia menikmati sajian beragam jamu di sini dengan resep aslinya.

Baca juga: Lepaskan Dahaga Setelah Berpuasa dengan Kesegaran Rujak Es Krim Jogja

Untuk menu jamu paling favorit dan banyak penggemarnya di waung jamu tersebut, antara lain kunir, beras kencur, temulawak, dan empon-empon. Nah, wajib coba tuh Sobat Turisian jika liburan nanti ke Yogyakarta.

Perintisan Warung Jamu Ginggang

Pada awalnya, warung jamu ini sebenarnya, mulai dirintis sejak 1930 oleh Bilowo yang juga seorang abdi dalem Puro Pakualaman. Ia seorang pembuat jamu untuk Kanjeng Sinuwun Paku Alam VII. Kemudian atas seizin dari Paku Alam VII, Bilowo akhirnya memulai berdagang jamu.

“Saya penerus generasi ke 5. Pertama adalah Mbah Joyo, lalu Mbah Bilowo, kemudian Mbah Puspomadyo, Bu Dasiyah, dan sekarang saya Rudy Supriyadi. Konsumen jamu dibagi menjadi 3, yaitu remaja SMP yang biasanya pertama kali menstruasi. Lalu dewasa dan orang tua yang rutin selalu datang,” jelas Rudy.

Penamaan Ginggang sendiri merupakan pemberian dari Sri Paku Alaman VI. Secara lengkap bernama ‘Jamu Jawa Asli Tan Ginggang’. Tan Ginggang berasal dari bahasa Jawa yang artinya selalu akrab, rukun dan bersatu. Harapannya warung jamu ini bisa selalu membuat warga menjadi rukun.

Baca juga: Deretan Makanan Kesukaan Para Sultan Yogyakarta

Setiap harinya, pengelola Warung Jamu Ginggang mulai memproduksi jamu sejak pukul 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB. Soal harga untuk segelas jamu di warung ini, masih ramah di kantong, Sobat Turisian.*

 

Pos terkait