Kain Tenun Sengkang Khas Sulsel Berbahan Sutra dan jadi Busana Lebaran

kain tenun sengkang
Kain Tenun Sengkang dengan dominasi motif garis. (dok. Disbudpar Sulsel)

TURISIAN.com – Busana bagus dan terbaik menjadi hal penting di Hari Raya Lebaran bagi sebagian besar orang Indonesia. Seperti masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel), khususnya di Kota Sengkang memilih Kain Tenun Sengkang yang berbahan sutra sebagai busana Lebaran karena keistimewaan kain ini.

Keistimewaan Kain Tenun Sengkang tampak pada bahan yang digunakan, yakni sutra. Lalu kain ini pun sebagai warisan leluhur yang bernilai tinggi. Pembuatannya dengan tradisi menenun yang berlangsung secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.

Di Kota Sengkang sendiri banyak penenun tersebar di beberapa desa, seperti Desa Pakanna, Kecamatan Tanasitolo. Bahkan desa ini sudah terkenal sebagai kampung penenun. Konon di Desa Pakanna juga, dulunya hampir di seluruh wilayah banyak petani ulat sutra dan pengrajin tenun sutra.

Ada lagi Dusun Empagae, Desa Assorajang yang juga memproduksi kain tenun khas Sulsel tersebut. Hampir seluruh ibu rumah tangga di desa ini menenun kain Sengkang sebagai warisan dari orang tua mereka.

Baca juga: Lima Jenis Kain Tradisional Indonesia yang Sudah Dikenal Mancanegara

Sampai saat ini, proses pembuatan kain tenun ini masih memakai cara tradisi masa lalu. Serta masih sangat mengandalkan kelihaian tangan penenun. Motif khasnya berupa garis-garis vertikal dan kembang. Uniknya, jumlah garis dan kembang dari motif-motif tersebut harus ganjil.

Ragam motif khasnya, antara lain motif Cobo, Makkalu, Balo Tettong, Balo Renni, ukiran Toraja, dan aksara Bugis. Berbagai jenis motif ini dirangkai menggunakan benang sutra dengan warna yang cukup mencolok.

Fungsi & Peran Kain Tenun Sengkang

Pada zaman dulu, masyarakat hanya membuat kain tenun ini secara terbatas untuk keperluan pribadi. Mereka menggunakan kain ini hanya untuk menghadiri hajatan atau pernikahan. Selain itu, banyak juga yang menjadikannya sebagai busana pilihan saat Hari Raya Lebaran. Kebiasaan ini pun masih berlangsung hingga sekarang.

Setelah berkembangnya pariwisata di Sulawesi Selatan, hasilnya berdampak bagi kehadiran kain tenun Sengkang. Kain tenun ini mulai diperdagangkan secara umum dan menjadi cendera mata khas Sulsel bagi wisatawan yang datang.

Baca juga: Mengenal Kain Tenun Bentenan Khas Minahasa, Ada Sejak Abad ke-7

Di luar fungsi sebagai busana, Kain Tenun Sengkang juga berperan dalam tradisi masyarakat Bugis. Khususnya tradisi untuk mendidik anak perempuan mereka pada zaman dahulu. Sebab, ada pepatah di sana yang menyebutkan, bila perempuan Bugis tidak pandai menenun, tergolong belum sempurna.*

Pos terkait