Museum Sawahlunto, Tempat Wisata Sejarah Kereta Api di Sumatera Barat

Museum Sawahlunto
Tampak eks bangunan stasiun KA di Museum Sawahlunto. (dok. KAI)

TURISIAN.com – Jika berlibur ke Ranah Minang Sumatera Barat, coba deh berkunjung ke Kota Sawahlunto. Di kota ini ada tempat wisata sejarah Museum Sawahlunto. Di sini Sobat Turisian bisa rekreasi sambil mengenal sejarah jejak kereta api di Sumatera Barat.

Museum Sawahlunto menjadi bukti sejarah perjalanan kereta api (KA) di tanah Sumatera Barat (Sumbar). Dulunya bangunan ini merupakan Stasiun Sawahlunto. Namun oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Pemerintah Kota Sawahlunto diubah menjadi museum sebagai bentuk pelestarian dan edukasi.

Tempat wisata di Sawahlunto ini, resmi buka untuk umum pada 17 Desember 2005. Saat itu peresmiannya oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Nah untuk koleksi paling terkenalnya, yaitu Lokomotif Uap bergigi E1060 atau lebih terkenal dengan sebutan “Mak Itam”.

Bagi Sobat Turisian yang tertarik berkunjung, siap uang untuk membeli tiket masuk museum. Harganya sangat terjangkau, untuk kategori dewasa hanya Rp 3.000 dan kategori anak-anak atau pelajar cuku Rp 2.000 saja.

Baca juga: Ini Syarat Baru Naik Kereta Api, Mulai Berlaku 5 April 2022!

Jam buka museum kereta api ini, untuk Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu, buka dari pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB. Museum Sawahlunto berlokasi di Jalan A. Yani, Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar).

Sejarah Stasiun Sawahlunto

Kehadiran Museum Kereta Api Sawahlunto ini tak lepas dari sejarah lahirnya Stasiun KA Sawahlunto. Perjalanan stasiun tersebut berawal dari pembangunan jalur kereta api oleh Perusahaan Kereta Api Negara Sumatra Staats Spoorwegen (SSS) di sana.

Museum Sawahlunto
Mak Item, lokomotif yang legendaris dan menjadi koleksi paling terkenal.

Pembangunan itu mulai dari Teluk Bayu – Padang Panjang – Bukit Tinggi dan Padang Panjang – Sawahlunto. Hingga 1892, jalur kereta ini sudah mencapai Muara Kalaban.

Faktor utama yang mendorong pembangunan kereta api di Sumbar, yaitu sebagai sarana pengangkutan batu bara di Ombilin, Sawahlunto. Sebelumnya, pada 1867 dilakukan penelitian oleh seorang ahli geologi W.H. de Greeve dan setahun kemudian ditemukan kandungan batu bara di Ombilin.

Untuk menjangkau lokasi pertambangan batu bara Sawahlunto, pembangunan jalur kereta api berlanjut dari Halte Muara Kalaban berbelok ke arah utara. Melalui sebuah terowongan dan jembatan yang melintasi Sungai Lunto sepanjang 30 meter. Hingga tiba pada 1 Januari 1894, jalur tersebut dibuka bersamaan peresmian Stasiun Sawahlunto.

Usai jalur Pelabuhan Teluk Bayur-Sawahlunto beres, hasil pertambangan batu bara di sana menunjukan hasil yang memuaskan. Namun, akhir tahun 2000 produksi batubara di Sawahlunto semakin berkurang. Secara otomatis aktivitas dan keberadaan kereta api di Sumatera Barat juga terimbas.

Baca juga: Menikmati Pesona Danau Maninjau yang Memukau, Terluas Kedua di Sumbar

Kini, pihak KAI dan Pemkot Sawahlunto sedang mengusulkan Museum Sawahlunto masuk sebagai warisan budaya dunia UNESCO. Lokasi museum ini juga dapat disewa untuk kegiatan pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan. Lalu festival, bazar, pentas seni, workshop, dan lainnya.*

 

 

Sumber: kai.id

 

Pos terkait