Keren, Empat Rumah Adat Asli Indonesia Ini Terkenal Tahan Gempa

Rumah Adat Asli Indonesia
Rumah adat Omo Sebua, di Kepulauan Nias. ( Instagram.com /@chermian)

TURISIAN.com – Ragam seni arsitektur khas Indonesia memang beraneka ragam, dan semuanya menawan. Termasuk rumah adat asli Indonesia.

Bahkan, ternyata sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mewariskan teknologi arsitektur yang tahan gempa.

Berikut sejumlah rumah adat yang ada di Indonesia:

1.Rumah Joglo – Jawa

Rumah ini memiliki struktur khas yang dibuat dari rangkaian kayu, sehingga bisa menghasilkan kemampuan untuk meredam getaran dan guncangan yang terbilang cukup efektif, fleksibel dan stabil.

Desain atap rumah joglo sangat unik, karena bentuknya disangga oleh empat buah tiang soko guru.

Bentuk rumahnya pun megah dan lebih besar jika dibandingkan dengan hunian adat Jawa pada umumnya, inilah mengapa jaman dahulu rumah joglo umumnya hanya dimiliki oleh para bangsawan saja.

Desain hunian rumah joglo sangat penuh dengan filosofi, terasnya dibuat luas tanpa sekat dengan tujuan untuk menjalin silaturahmi.

Pintu rumah yang berada di tengah ruangan mencerminkan bahwa keharmonisan sangat terbuka lebar dari sang pemilik rumah.

Secara garis besar, fungsi rumah joglo terbagi menjadi delapan bagian yakni, pendopo, pringgitan, omah, senthong, padepokan, saka, gandhok dan bagian belakang rumah.

Tanpa Menggunakan Paku

2. Omo Sebua dan Omo Hada – Kepulauan Nias

Bentuk rumah tradisional khas kepulauan Nias ini sangat curam dengan ketinggian mencapai hingga 16 meter.

Rumah omo sebua dan omo hada ini dibangun di atas tumpukan kayu ulin dan berbentuk persegi.

Omo hada biasanya dihuni oleh rakyat dari golongan biasa dengan tiang kayu dan beratap rumbia.

Semua rumah omo hada memiliki ciri khas tersendiri karena semuanya dibangun tanpa menggunakan paku.

Sebagai penggantinya, kayu-kayu dipakai untuk mendirikan rumah dan disusun dengan teknik yang sangat pas, sehingga rumah omo hada bisa tetap berdiri dengan kokoh.

Atap rumahnya juga bisa dibuka tutup, sehingga sinar matahari bisa masuk.

Kemudian, omo sebua memiliki desain yang lebih mewah dan megah dibandingkan dengan omo hada.

Biasanya, omo sebua hanya dihuni oleh kepada desa yang didirikan di atas pondasi batu dan ditopang oleh tiang-tiang besar.

Bambu yang Disamak

3. Rumah Laheik – Riau

Masyarakat Kerinci di Riau biasa menyebut rumah ini dengan sebutan umoh laheik, umoh panja atau umoh larik. Inilah salah satu rumah adat asli Indonesia yang ada di Riau.

Rumah ini tersusun dari kayu-kayu yang saling disatukan dengan menggunakan pasak.

Tidak berhenti sampai disitu saja, antar bagian dari bagnunan ini pun disatukan dengan ikatan tambang yang terbuat dari ijuk.

Struktur bangunannya memanjang layaknya gerbong kereta, mulanya bagian atap rumah menggunakan bahan yang juga terbuat dari ijuk, namun kini digantikan dengan menggunakan genteng kayu.

Dahulu, warga Kerinci menggunakan kulit kayu (kelukup) dan bambu yang disamak (pelupuh) untuk menutup bagian dinding rumah serta menggunakan papan untuk bagian lantai.

Uming-uming atau bagian bawah rumah kerap digunakan untuk menyimpan peralatan tani, maupun kandang ternak, namun tidak jarang juga pemilik rumah yang membiarkan bagian tersebut kosong.

Kemudian, ada yang disebut dengan bagian pintu matahari atau hintu ahai yang berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan benda pusaka keluarga.

4. Rumah Kaki Seribu – Papua Barat

Terakhir, kita akan menyambangi arsitektur rumah tahan gempa lainnya dari tanah Papua Barat memiliki suku Arfak, yakni rumah kaki seribu.

Sesuai dengan namanya, rumah adat ini dijuluki kaki seribu karena memang menggunakan banyak sekali tiang penyangga di bawahnya, hingga dari kejauhan tampak seperti hewan kaki seribu.

Bangunan rumah kaki seribu rata-rata memiliki ukuran 8 x 6 meter, tinggi atap berkisar 4 – 5 meter.

Desainnya yang hampir seluruhnya terbuat dari kayu diperkirakan mampu bertahan dari goncangan gempa.

Sobat turisian bisa melihat secara langsung rumah dari suku Arfak ini di Kabupaten Manokwari, yang oleh penduduk setempat rumah ini biasa disebut dengan Mod Aki Aksa atau Igkojei.

Kulit pohon butska dipilih untuk dijadikan sebagai dinding rumah dan atapnya terbuat dari tumpukan daun pandan, sementara lantainya terbuat dari batang pohon bambu yang ditata rapi. ***

Pos terkait