Berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang, Paling Tua di Bogor

Kampung Budaya Sindangbarang
Bngunan khas Kampung Budaya Sindangbarang yang masih lestari. (dok. Disparbud Jabar)

TURISIAN.com – Wisata budaya ke sebuah kampung adat menarik juga untuk mencobanya. Banyak wawasan kearifan lokal yang bisa Sobat Turisian dapatkan saat berkunjung ke kampung adat. Seperti berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang Bogor.

Kampung Budaya Sindangbarang berlokasi di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Disebut-sebut sebagai kampung tertua di Bogor yang sudah ada sejak abad 12. Hal itu berdasarkan sumber literasi Pantun Bogor dan Babad Pajajaran.

Sindangbarang merupakan salah satu dari 20 kampung adat yang ada di Jawa Barat. Terkenal sebagai kampung adat yang masih memegang teguh tradisi dan adat istiadat leluhur. Warganya pun masih mempertahankan aspek kebudayaan lokal peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Di kampung ini, Sobat Turisian dapat melihat 78 lokasi situs sejarah Pakuan Sindangbarang. Lalu berbagai upacara tradisional.

Antara lain upacara adat Serentaun, upacara adat Neteupken, upacara adat Pabeasan, dan lainnya. Ada pula berbagai kesenian tradisional Sunda yang menarik untuk menyaksikannya.

Tradisi Serentaun Sindangbarang

Ad satu ritual tradisi Sunda yang menjadi ciri khas Kampung Budaya Sindangbarang, yakni upacara adat Serentaun. Serentaun merupakan suatu bentuk penjelmaan rasa syukur warga atas rezeki hasil panen padi mereka.

Upacara adat Serentaun sudah ada sejak abad ke 16, masa Kerajaan Pajajaran. Sampai sekarang masih berlangsung dan lestari. Pelaksanaan setiap tahun dan dipimpin ketua adat kampung adat ini.

Baca juga: Rumah Adat Ratenggaro Sumba dengan Ciri Khas Atap Tinggi yang Unik

Bersumber dari laman Disparbud Jabar, catatan pada 1971 menyebutkan, setelah ketua adat terakhir Etong Sumawijaya wafat dan tidak ada regenerasi. Maka gelaran Serentaun tidak dilaksanakan secara akbar dan terpusat. Namun berlangsung secara mandiri oleh masyarakat yang masih mempercayainya.

Kemudian pada 2006, pelaksanaan Serentaun kembali terpusat setelah adanya pengakuan kembali ketua adat. Hasil dari inisiatif beberapa kelompok adat yang ingin melestarikan budaya Sunda di Sindangbarang. Kelompok itu tergabung dalam Padepokan Giri Sunda Pura Sindangbarang.

Penyelenggaraan Serentaun kala itu pun mendapat respon positif dari masyarakat. Sehingga menarik perhatian pemerintah karena berkaitan dengan perhatian pada pelestarian budaya Sunda. Lewat dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten serta masyarakat setempat, akhirnya mereka dapat membuat suatu kawasan Kampung Budaya Sindangbarang.

Bangunan Khas Kampung Sindangbarang

Selain warisan ritual tradisi dan kesenian, kampung ini pun memiliki bangunan berarsitektur dengan bentuk asli dari masa lampau dan masih lestari. Salah satunya Imah Gede, sebuah rumah besar yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah masyarakat bersama tetua adat dan para Kokolot, atau sesepuh adat.

Ada lagi bangunan unik lainnya, berupa rumah kecil tanpa pintu. Namun memiliki jendela di sisi depan pada bagian atasnya. Bangunan tersebut berfungsi sebagat tempat penyimpanan hasil panen milik masyarakat. Umumnya disebut ‘leuit’ di kampung adat Sunda lainnya atau lumbung padi.

Baca juga: Curug Cipamingkis, Wisata Alam Bogor Pas untuk Liburan Keluarga

Sobat Turisian kala berkunjung ke sana bisa tinggal bersama para Kokolot dan merasakan suasana kehidupan perkampungan tradisional Sunda. Sekaligus belajar berbagai macam kesenian Sunda, termasuk memainkan seperangkat gamelan yang tersedia di sana.*

 

 

 

Pos terkait