sTURISIAN.com – Jika bosan dengan wisata alam, sesekali cobain wisata sejarah dan budaya ke berbagai situs cagar budaya di Indonesia. Seperti Istana Balla Lompoa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Istana Balla Lompoa merupakan peninggalan Kerajaan Gowa yang berdiri sejak tahun 1936. Pada masa kepemimpinan Raja Gowa 35 I Mangngi Mangngi. Seorang raja yang dikenal dengan nama Daeng Matutu KaraengBontonompo bergelar Sultan Muhammad Tahir Muhibuddin.
Kini istana Kerajaan Gowa ini menjadi Museum Gowa. Di dalamnya tersimpan berbagai barang koleksi Kerajaan Gowa. Lokasinya di Jalan Sultan Hasanuddin No. 48, Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Berjarak sekitar 30 km dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum.
Bangunan megah berbahan dari kayu ulin ini, bergaya arsitektur rumah tradisional Bugis-Makassar. Berbentuk rumah panggung dengan tiang dan tangga setinggi lebih dari 2 meter menyangga teras.
Selain beralih fungsi menjadi museum budaya, Istana Balla Lompoa pun sering digunakan sebagai tempat penyambutan tamu-tamu penting pemerintah daerah setempat. Balla Lompoa yang berdiri di atas lahan seluas 2,6 ini, juga diproyeksikan menjadi rumah kayu terbesar di dunia, setelah direvitalisasi Pemkab Gowa.
Revitalisasi Istana Balla Lompoa
Bersumber dari laman humas.gowakab, proses revitalisasi itu bertujuan untuk mengaktualisasikan kembali jejak kejayaan masa lampau.
Baca juga: Benteng Fort Rotterdam Makassar, Bukti Kejayaan Kerajaan Gowa-Tallo
Apalagi Kerajaan Gowa pernah mencapai masa keemasan sebagai kerajaan terbesar di belahan timur Nusantara. Serta masih memiliki rekaman peradaban sejarah yang tersimpan dalam situs budaya Balla Lompoa atau Istana Kerajaan.
Revitalisasi tersebut tak akan mengubah kondisi awal istana dan tidak meninggalkan nilai budaya. Kecuali, adanya penambahan arsitek baru yang menjadi pelengkap untuk aktivitas budaya di kawasan ini.
Sejarah Balla Lompoa
Balla Lompoa yang berarti rumah kebesaran ini, memiliki panjang 52 meter dan lebar 20 meter. Semula berdiri sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Gowa. Sekaligus tempat kediaman raja, saat pusat kerajaan Gowa berpindah dari Jogayya ke Sungguminasa .
Hanya ada dua raja yang menempati istana tersebut. Setelah kematian Raja Gowa ke 35, pemegang tahta jatuh kepada Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Kadir Aidir. Pada masa pemerintahannya, terjadi perubahan sistem dari swapraja menjadi swatantra. Impliksinya, beliau menjadi Raja Gowa terakhir dan saat itu Andi Ijo terpilih menjadi Bupati Gowa pertama.
Koleksi Museum Gowa
Di tempat itu, Sobat Turisian dapat melihat berbagai koleksi peninggalan Raja Gowa pertama. Yaitu Karaeng Tomanurung Bainea.
Seperti Salekoa berupa mahkota emas seberat 1768 gram, kalung emas, dan gelang tangan berbentuk naga dua pasang. Serta benda-benda lainnya yang sebagian besar terbuat dari emas.
Baca juga: Pesona Pegunungan Kars Desa Wisata Rammang-Rammang yang Menakjubkan
Terdapat pula peralatan perang, tujuh buah naskah akara lontara, silsilah kerajaan Gowa, sampai Alquran yang konon ulama besar Syekh Yusuf yang menulisnya. Ada lagi benda lain peninggalan Karaeng Bayo.
Koleksi benda-benda bersejarah tersebut cukup terawat. Untuk penyuciannya pun berlangsung setiap tahun dengan mengadakan Upacara Accerak Kalompoang, bertepatan dengan hari raya Idul Adha.*