TURISIAN.com – Kawasan satu ini boleh dibilang Hidden Gem. Sebuah rawa-rawa layaknya sungai di Amazon, Brasil.
Namanya, Tebat Rasau. Berada di Desa Lintang, Kecamatan Simpang Renggiang, di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung.
Disini banyak tumbuh, pohon rasau (pandanus helicopus). Beragam jenis ikan tawar (endemik) dan kehidupan nelayan sungai menjadi daya tarik tersendiri.
Banyak wisatawan asing—sebelum Covid-19 berdatangan untuk bisa tinggal bersama penduduk setempat.
Suasana yang masih liar, dengan aliran sungai purba yang mengitari hampir 6 hektar kawasan rawa itu semakin membuat wisatawan merasakan adrenalin yang tidak di dapat di tempat lain.
Disini juga ada “Sahabat Alam”, yang merupakan kumpulan anak-anak yang belajar melestarikan alam.
Didampingi oleh orang tuanya, mereka dengan gembira menunjukkan kemampuannya menangkap ikan air tawar dan mengendalikan sampan diantara rimbunnya pohon rasau.
Ini adalah salah satu atraksi daya tarik wisata yang dapat dinikmati wisatawan yang berkunjung ke Tebat Rasau.
Wisatawan Asal Ceko
“Tahun lalu, seklompok wisatawan dari Ceko datang kemari. Mereka ingin tinggal bersama kami. Ya, boleh-boleh saja. Tapi tidurnya ditengah hutan seperti ini. Tidak pakai tenda. Hanya menggelar tikar di bale ini, mereka sangat senang,” kata Ketua Komunitas Tebat Rasau, Nasidi menceritakan kedatangan para wisman.
BACA JUGA: Bangka Botanical Garden, Metamorfosis Lahan Kritis jadi Wisata Eksotis
Menurut Nasidi, pihaknya sangat terbuka kepada siapa pun yang ingin berkunjung dan menikmati alam Tebat Rasau.
Termasuk mereka yang ingin menelusuri sungai purba—yang oleh masyarakat setempat sering disebut Sungai Lenggang.
Untuk menyusuri sungai ini, wisatawan hanya perlu berjalan kaki di atas jembatan kayu sepanjang 180 meter, selama kurang lebih tiga puluh menit, tergantung kecepatan.
Sebelum masuk ke area jembatan, ada peringatan untuk pengunjung, khususnya wanita agar tidak ikut menyusuri sungai bila sedang haid.
Mengingat lokasi hutan masih alami, sehingga dikhawatirkan ada binatang buas.Meski matahari menyengat, kondisi hutan masih terjaga, sehingga udara sangat segar dan sejuk.
Nasidi juga menjelaskan, bahwa ada banyak spesies unik yang hidup di Sungai Purba, misalnya ikan buntal sungai yang tidak beracun.
“Ada juga ikan lenggang seperti lele, panjangnya kurang lebih 70 cm. Untuk ikan buntal air tawar disini, bisa dimakan,” ujar Nasidi.
Nasidi menuturkan, disini nelayan sungai memancing ikan dengan cara Bebanjor, yakni memasang pancing pada malam hari, dan keesokan paginya mengambil hasil tangkapan.
Saat Tepat Berkunjung
Yang membedakan dengan memancing biasa, bebanjor tak mengharuskan nelayan menunggu pancingan hingga ada ikan yang tertangkap.
Saat yang tepat berkunjung ke Tebat Rasau adalah pada bulan November,Desember hingga akhir Maret.
“Pada bulan-bulan itu, air sedang bagus. Tidak dangkal seperti sekarang sehingga untuk mengitari sungai akan lebih menyenangkan,” jells Nasidi.
BACA JUGA: Unik dan Indah, Danau Kaolin Bangka Miliki Dua Warna Air
Puncak keindahan alam Tebat Rasau adalah saat sebelum terjadi musibah kebakaran, beberapa tahun lalu.
“Bagi kami musibah kebakaran itu sangat menyedihkan. Untuk bisa lebih hijau seperti sediakala, kami butuh 5 tahun untuk. Kami bersyukur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Belitung selama ini selalu men-support kami, untuk memberikan pelatihan-pelatihan, produk lokal, seperti anyaman,” ungkap Nasidi yang didampingi sekretaris Ketua Komunitas Tebat Rasau, Yuspiani.
Meski dalam kondisi surut, kondisi air sungai masih jernih, tak terlihat sampah sedikit pun, kecuali rumput sungai dan lumut.
Untuk memberikan rasa nyaman pengunjung, Komunitas Tebat Rasau saat ini terus berbenah, seprti mendirikan bangunan untuk istirahat para pengunjung. ***