TURISIAN.com – Kalau Sobat Turisian ke Samosir tak lengkap rasanya jika tidak menyaksikan tarian yang memukau, Sigale gale. Sebuah atraksi patung kayu hasil pahatan dengan angun marnortor dan dapat ditemukan di Tomok.
Atraksi budaya tersebut menampilkan pertunjukan yang sangat memukau. Yaitu pertunjukan tor-tor Sigale gale. Patung kayu yang dapat menari dengan bantuan benang dari permainan seorang dalang. Pertunjukan ini ada di Desa Garoga, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Kurang lebih 100 meter dari Pelabuhan Ajibata.
Kisah Patung Sigale gale Samosir
Berkisah seorang raja bijaksana yang kehilangan anaknya saat berperang. Kala itu hulubalang huta datang melaporkan bahwa di hutan perbatasan tengah terjadi kekacauan. Maka raja mengutus anaknya, Raja Manggale menjadi panglima perang.
Akan tetapi, pada saat kepulangan para hulubalang, Manggale tidak ada di antara mereka. Raja pun terkejut saat mendengar kabar bahwa anaknya telah gugur dalam pertempuran. Mendengar kabar itu, Raja Rahat pun sedih dan kemudian jatuh sakit.
Para menteri dan datu pun berusaha untuk menolong sang raja yang sangat rakyat cintai itu. Namun semuanya sia-sia juga. Hingga suatu waktu seorang Sibaso (dukun perempuan) menerawang dan mengejakan bahwa sang raja menderita penyakit rindu kepada anaknya. Dia pun menyarankan untuk untuk para menteri kerajaan membuatkan sang raja patung yang menyerupai Raja Mangale. Yang akhirnya terkenal dengan sebutan Sigale gale.
Setelah mendapat patung yang indah seolah-olah hidup itu, sang raja pun kembali membaik dan membuat pesta besar. Ia mengundang para pargossi untuk memainkan musik sabangunan tambah dengan sordam, untuk meminta arwah anaknya untuk masuk ke dalam patung tersebut.
Patung Sigale gale Penghantar Kematian
Di masa lampau, patung Sigale gale berguna untuk mengiringi pesta kematian bagi orang yang telah gabe –sesuai filosopi orang Batak yang ketiga hagabeon– atau saormatua. Upacara ini merupakan penghormatan kepada orang yang meninggal dan kiranya keturunan yang selanjutnya juga bernasib yang sama.
Baca juga: Desa Wisata Huta Tinggi Suguhkan Pesona Alam dan Budaya di Tengah Danau Toba
Patung ini menjadi simbol penghantar kematian, baik orang yang mempunyai keturunan (saor matua) untuk menyambungkan keturunan di alam baka kelaknya. Maupun orang yang tidak memiliki keturunan (mate punu).
Bagi orang Batak, meninggal tanpa keturunan adalah sebuah kesalahan. Patung Sigale gale pun berguna untuk menghindari kutukan (tidak memiliki keturunan) menyebar.
Pembuatan patung ini tidaklah muda, memerlukan orang yang menjiwai dan percaya akan meninggal menjadi tumbal patung tersebut sebagai arwah yang mengisinya. Oleh karena itu, keberadaan patung ini sangatlah sedikit.
Daya Tarik Wisatawan
Dahulu patung Sigale gale banyak yang meyakini bisa menari sendiri karena daya mistis yang kuat pada zaman itu. Namun seiring masuknya agama Kristen ke daerah Toba, ritual ini perlahan bergeser. Upacara Sigale-gale, kini kerap pentas sebagai hiburan dan daya tarik bagi wisatawan.
Di Samosir sendiri hanya ada empat Sigale gale, yaitu di Pelabuhan Pariwisata Tomok, Desa Garoha, simanindo, dan Desa Siallangan.
Baca juga: 4 Atraksi Seni Tradisional Samosir yang Bikin Wisatawan Terpukau
Sebelum meninggalkan tempat ini, Sobat Turisian jangan lupa berkunjung ke pasar suvenir di jalan menuju Huta Garoga. Di sini menyediakan berbagai suvenir, mulai dari gantungan kunci, sortali, pakaian, dan masih banyak lagi. Harga suvenir di daerah ini juga terbilang masih terjangkau.*
Sumber & Foto: Dispar Samosir