TURISIAN.com – Bupati tak ramah pariwisata itu tiba-tiba menyeruak memberikan kabar tak sedap. Ia ditangkap Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) karena dugaan kasus suap.
“Benar, tadi malam sampai pagi KPK melakukan kegiatan tangkap tangan di wilayah Jawa Barat,” ujar Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri seperti dikutip Turisian.com dari kepada Kompas.com, Rabu 27 April 2022.
Selain pihak dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perkilan Jawa Barat dan pihak terkait lainnya, juga di cokok Bupati Bogor Ade Yasin, pada penangkapan tersebut.
“Di antaranya Bupati Kabupaten Bogor, beberapa pihak dari BPK Perwakilan Jawa Barat, dan pihak terkait lainnya,” jelas Ali.
BACA JUGA: 7 Tempat Wisata di Bogor yang Menarik Dikunjungi Bersama Keluarga
Dijelaskan Ali, kegiatan tangkap tangan ini dilakukan karena ada dugaan tindak pidana korupsi pemberian dan penerimaan suap.
Bagi industri pariwisata di Kabupaten Bogor, Bupati Ade Yasin dikenal kurang memberikan support terhadap perkembangan pariwisata di daerah ini.
Padahal Bogor memiliki banyak potensi wisata yang tersebar di 40 kecamatan, 19 kelurahan, dan 416 desa.
Alih-alih mempromosikan kawasan wisata yang ada, upaya pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata untuk membangun Kereta Gantung di Kawasan Puncak ditolak mentah-mentah.
BACA JUGA: Fenomena Mudik Kali Ini Berdampak Positif Bagi Sektor Pariwisata
Padahal destinasi (kereta gantung) ini diharapkan akan melahirkan ikon baru yang kelak bisa menyedot jutaan wisatawan.
Upaya Mengurai Kemacetan Puncak
Tidak hanya itu, dengan adanya Kereta Gantung ini diharapkan bisa pula mengurai kemacetan yang selama ini acap kali membuat puncak bermasalah.
“Kemahalan menurut saya. Lebih baik Puncak 2 saja selesaikan. Jalur Puncak 2 engga akan sampai 7 triliun, kalau Puncak 2 mah 1 triliun juga kurang,” kata Ade yang tegas-tegas tidak akan mengeluarkan rekomendasi kereta gantung.
Penolakan Ade Yasin ini disayangkan banyak pihak. Bahkan ia kemudian dianggap sebagai bupati tidak ramah pariwisata.
Sebagaimana diketahui, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Uno mendorong pembangunan kereta gantung di kawasan Puncak Bogor bisa segera terealisasi.
Keinginan Menparekraf ini langsung ditanggapi oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
BACA JUGA: Ngabuburit Gratis di The Ranch Cisarua Bogor, Dapat Apa Aja?
Direktur Prasarana BPTJ Jumardi menyebutkan, pembangunan moda berbasis rel di Puncak sangat tepat jika bertujuan mengurangi beban kemacetan lalu lintas.
Selain itu, sekaligus mmberikan wahana baru dalam berwisata di kawasan ini.
Segmen Sentul City – Taman Safari
Dari hasil kajian, merekomendasikan bentuk moda transportasi berbasis rel yang paling memungkinkan untuk dibangun di puncak adalah kombinasi antara Kereta AGT (Automated Guideway Transit) dan Kereta Gantung (Cable Car).
Dengan rencana pembangunan panjang lintasan angkutan berbasis rel tersebut menurut hasil kajian adalah 27,88 km dengan terbagi dalam 2 segmen.
BACA JUGA: Berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang, Paling Tua di Bogor
Segmen I antara Sentul City – Taman Safari sepanjang 23,40 km menggunakan moda Kereta AGT.
Sedangkan segmen II adalah antara Taman Safari – Puncak sepanjang 4,48 km dimana segmen ini baru menggunakan Kereta Gantung.
Kajian yang dilakukan BPTJ menyebut pembangunan moda berbasis rel menuju Kawasan Puncak dengan kombinasi Kereta AGT dan Kereta Gantung membutuhkan biaya tak kurang dari Rp. 7,31 trilyun.
Jumlah tersebut terbagi atas pembiayaan pembangunan Kereta AGT sebesar Rp. 6,32 trilyun dan Kereta Gantung hampir Rp 1 trilyun.
Jumlah sebesar itu belum termasuk pembebasan lahan yang diperkirakan membutuhkan sebesar Rp. 693 milyar. ***