Hindari Komplain, Pengelola Wisata Harus  Beri Pemahaman Kearifan Lokal

Pengelola Wisata
Pertunjukan Tari Kecak di Bali yang menjadi salah satu atraksi menarik untuk wisatawan mancanegara. Foto: iStock

TURISIAN.com  – Pengelola wisata atau destinasi wisata harus mampu memberikan pemahaman kepada wisatawan mengenai kearifan lokal.

Hal ini untuk menghindari adanya komplain dari wisatawan, seperti yang terjadi di Bali baru-baru ini.

“Saya kemarin mendapat informasi. Ini sebetulnya karena euforia berlebihan. Karena banyak wisatawan yang datang sekarang ke Bali.Tapi rupanya mereka sudah mulai komplain. Wisatawan komplain sama daerah, sama destinasi. Ini terbalik-balik,” kata Frans Teguh, Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kamis 9 Maret 2023.

BACA JUGA: Bali Bentuk Satgas untuk Tangani Turis Ilegal, Ini Tim Gabungannya

Pernyataan Frans Tegush itu disampaikan saat berbicara dalam Destination Management Forum (DMF) seri #4 di Yogyakarta.

Frans Teguh meminta tidak ada lagi kasus wisatawan mancanegara maupun lokal yang komplain dengan kearifan lokal seperti yang terjadi di Bali.

Seperti diwartakan, sebanyak 17 wisatawan mancanegara mengirimkan petisi ke Kantor Camat Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Suara Kokok Ayam

Perisi tersebut, berisi komplain atas suara kokok ayam yang terdengar setiap hari hingga tempat mereka menginap.

BACA JUGA: Sungai Gelar Jembrana yang Indah, Alternatif Wisata Murah Meriah di Bali

“Saya hanya ingin mengatakan bahwa ini tentang manajemen destinasi yang harus betul kita atur rumah tangganya. Agar yang datang sebagai pengunjung dan tamu harus tahu persis apa nilai-nilai lokal yang harus dijunjung dan diikuti,” kata dia.

Kendati kunjungan wisatawan amat dibutuhkan, menurut Frans bukan berarti pengelola destinasi wisata tidak boleh menerapkan aturan kepada mereka.

“Kita butuh wisatawan tapi jangan sampai ‘over acting’. Ini perlu kita perkuat kepekaan mengatur wisatawan. wisatwan harus diatur, baik domestik maupun mancanegara,” ujar dia.

Dalam kesempatan itu, Frans juga meminta destinasi wisata mampu menjaga reputasi.

BACA JUGA: Kesan Miss Universe 2022 tentang Masyarakat Bali, Apakah Meraka Senang?

Sehingga mampu diminati pengunjung baik lokal maupun mancanegara secara berkelanjutan.

“Reputasi destinasi adalah sesuatu yang harus kita pertahankan karena siklus destinasi itu bisa macam-macam. Ada banyak destinasi yang populer pada suatu masa tapi kemudian tidak populer lagi,” kata dia.

Penguatan Jejaring

Pengembangan destinasi wisata berdaya saing dan berkelanjutan, menurut Frans, amat penting.

Caranya, melalui penguatan jejaring serta peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan.

BACA JUGA: Halte TransJakarta Cikoko Cawang Mulai Beroperasi Kembali

Dalam kesempatan itu, Direktur Destinasi Pariwisata Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) Agustin Peranginangin mengakui bahwa sinergitas ekosistem pariwisata penting untuk keberhasilan pembangunan.

Ia mengatakan BOB memiliki peran dalam mendukung jejaring dan peningkatan kapasitas ekosistem pariwisata.

Khususnya di lingkungan Kemenparekraf dan tiga destinasi prioritas di Indonesia.

“Jejaring dan sinergitas ekosistem pariwisata sangat penting untuk keberhasilan pembangunan di tiga kawasan super prioritas. BOB ikut serta mendukung peningkatan kapasitas tersebut,” tandasnya. ***

Pos terkait