TURISIAN.com – Saat jalan-jalan ke Kabupaten Malang, Sobat Turisian bisa sekalian melihat situs candi-candi yang banyak terdapat di sana. Salah satunya ada Candi Jago yang memiliki keunikan, sehingga sangat menarik untuk kalian ketahui dan lihat langsung.
Nama candi tersebut, berasal dari kata “Jajaghu”, berdiri pada masa Kerajaan Singhasari di abad ke-13. Lokasinya berada di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya 22 km ke arah timur dari Kota Malang.
Banyak pula yang menyebut Candi Jago dengan nama Candi Tumpang, sesuai nama daerahnya. Sementara masyarakat setempat lebih akrab menyebutnya dengan nama Cungkup.
Terdapat sejumlah keunikan yang bisa Sobat Turisian temukan di sini. Hingga menjadi suatu keunggulan dari candi tersebut.
Hal unik yang pertama, bangunan yang menjadi tempat memuja dewa-dewa Buddha tersebut memiliki relief bernafaskan Hindu. Buktinya, adanya dua relief Parthayajna dan Krisnayana.
Keunikan berikutnya, Candi Jago pada bagian atasnya hanya tersisa sebagian. Menurut cerita setempat hal itu akibat sambaran petir.
Baca juga: Terpukau dengan Keindahan Pantai Sendang Biru Malang
Di kawasan cagar budaya ini pun, banyak penemuan berupa Arca Buddha, Amoghapasa Awalokiteswara, empat murid Amoghapasa, konstelasi Dyhani Buddha beserta istrinya. Sehingga para peneliti menegaskan bahwa candi yang satu ini memiliki perpaduan Siwa dan Buddha.
Asal-Usul Candi Jago
Pembuatan di awalnya merupakan perintah Raja Kertanagara untuk menghormati ayahandanya, Raja Wisnuwardhana, yang meninggal pada tahun 1268. Kemudian Adityawarman selaku Werdhamantri di Kerajaan Majapahit memugar candi ini.
Adityawarman pun mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri yang sekarang tersimpan di Museum Nasional. Cerita tersebut berdasarkan temuan Prasasti Manjusri berangka tahun 1343 Masehi.
Penemuan Candi Jago ini oleh Belanda pada tahun 1834. Kala itu kondisi candi berada dalam keadaan rusak karena akar-akar pohon beringin besar yang tumbuh di dekat candi.
Keberadaan pohon di sekitar candi mungkin memang sengaja pihak kerajaan tanam sebagai penanda. Sekaligus pelindung keberadaan candi dari marabahaya dan bencana tahun 1890.
Baru tahun 1908, Candi Jago memiliki bentuk seperti yang Sobat Turisian lihat sekarang. Bagian atas candi masih belum mengalami bentuk sempurna karena bagian-bagian yang belum peneliti ketahui. Sehingga sulit untuk proses rekonstruksi.
Arsitektur Candi Jago
Dari bentuk arsitekturnya, candi tersebut memiliki gaya arsitektur menyerupai dengan punden berundak. Badan candinya terletak di atas bagian kaki candi yang bertingkat tiga. Bangunan utama candi terletak agak kebelakang dan menduduki teras tertinggi.
Baca juga: Pesarean Gunung Kawi, Wisata Religi di Malang dengan Nuansa Tionghoa
Areal dasar dari Candi Jago berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 23,71 x 14 meter. Lalu tinggi yang tersisa adalah 9,97 meter dengan arah hadap ke barat. Strukturnya berupa kaki candi berupa batur berundak 3 tingkatan.
Badan candi yang menyisakan ambang pintu saja dan atap candi yang telah hilang. Candi Jago menghadap ke barat dan di masing-masing 2 anak tangga untuk menghubungkan antartingkat kaki candi.*
Sumber & Foto: kebudayaan.kemdikbud