TURISIAN.com – Buat Sobat Turisian yang senang wisata budaya dan menjelajahi desa-desa adat di Indonesia, mesti cobain berkunjung ke Kampung Adat Wawarongu. Salah satu kampung tertua di Sumba Tengah.
Lokasinya berada di Desa Wendewa Barat, Kecamatan Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Berjarak sekitar 33 km dari Waibakul, ibu kota Sumba Tengah. Atau 5 km dari Mananga, pusat Kecamatan Mamboro.
Selain termasuk kampung tertua, Kampung Adat Wawarongu mempunyai aura magis yang cukup kuat. Karena di kampung inilah upacara sakral Tauna Usu Manua berlangsung. Namun karena kental dengan nuansa tradisional dan pola perkampungan linier, membuatnya memiliki potensi sebagai daya tarik wisata.
Kampung Adat Wawarongu memiliki ikon berupa rumah adat yang unik dan berjumlah sebanyak 18 buah. Daya tariknya, rumah adat di kampung ini masih memegang tatanan arsitektur tradisional. Di antara deretan rumah ada tersebut, ada rumah adat utama yang disebut Uma Kalada.
Baca juga: Mengenal Maen Jaran, Tradisi Pacuan Kuda Masyarakat Sumbawa
Uma Kalada merupakan pusat tradisi sekaligus tempat penyimpanan benda pusak, seperti gong, emas, dan sebagainya. Rumah adat ini terdiri atas tiga bagian balai-balai untuk aktivitas manusia yang disebut koru.
Loteng di bagian lantai atas berguna untuk menyimpan persediaan makanan yang bernama Uma Dali dan ada ruang keramat dengan sebutan Korussari. Rumah adat terdiri dari 32 tiang kayu, yaitu kayu mayela, di mana posisi dan ukuran kayu ini tidak boleh berubah.
Uma Marapu di Kampung Adat Wawarongu
Tak hanya itu, di kampung adat NTT ini juga terdapat rumah Uma Marapu. Komunitas adat di sini menganggap rumah adat tersebut sakral. Sebab rumah ini merupakan pusat berlangsungnya ritual Marapu, sekaligus sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka.
Baca juga: Pulau Moyo Sumbawa, Destinasi “Great Escape” Selebritas Dunia Seperti Lady Diana
Ada tiga Uma Marapu di Kampung Adat Wawarongu, Uma pertama terletak di tengah kampung dengan menggunakan 4 tiang. Sementara Uma kedua dan ketiga berada di ujung kampung. Masing-masing menggunakan 2 tiang dan 1 tiang.*
Sumber & Foto: kebudayaan.kemdikbud