TURISIAN.com – Memeden Gadu merupakan tradisi sedekah bumi masyarakat Jepara sebagai ungkapan rasa syukur pada apa yang telah diberi bumi kepada para petani. Rasa syukur tersebut dituangkan dalam bentuk memeden atau memedi sawah (orang-orangan sawah) yang muncul di luar musim tanam padi atau disebut gadu.
Adanya kondisi musim tanam yang tidak bersamaan, maka pemilik sawah membuat memedi sawah gadu yang disingkat “Memedu”. Dari sinilah muncul istilah “Memedi Gadu” atau “Memeden Gadu”.
Kini tradisi budaya tersebut berkembang menjadi Festival Memeden Gadu Jepara. Sebuah festival yang bukan hanya sebagai pegingat tradisi masa lalu, tetapi juga nostalgia lomba tradisi tempo dulu. Latar belakangnya banyak jenis mainan anak zaman dulu yang sudah menghilang.
Anak zaman sekarang sudah tidak banyak mengenal permainan tradisional lawas. Seperti gobag sodor, setinan, egrang, dakonan, memeden sawah, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Festival Memeden Gadu Jepara
Kegiatan Memeden Gadu biasanya berlangsung pada Jumat Wage bulan Apit penanggalan Jawa, sedangkan dalam penanggalan Hijriah jatuh pada bulan Dzulkaidah. Penyelenggaranya para petani dan warga desa setempat.
Dalam festival itu, ada lebih dari 200 memeden gadu dari 100 peserta. Bentuknya beragam, mulai dari perempuan berjilbab, berbusana kebaya Jawa, hingga berbusana petani bercaping. Ada pula sosok lelaki berbusana jawara, orang bersepeda, serta suami-istri bercengkerama.
Baca juga: Mengenal Kehidupan Bawah Laut Lewat Kura-Kura Ocean Park Jepara
Selain itu, ada pameran aneka alat-alat pertanian tradisional seperti garu, lumpang, dan gilingan padi pada Festival Memeden Gadu Jepara. Acara pun semakin meriah dengan adanya tradisi arak-arakan hantu sawah keliling desa.
Puncak dari acara Festival Memeden Gadu, yaitu Kirab Memedi Sawah pada pukul 3 sore. Rute kirabnya di jalan perkampungan setempat. Ada yang mengusung atau mengarak memedi sawah, banyak pula peserta yang mengubah dirinya menyerupai memedi sawah dengan memanfaatkan jerami.
Tujuan Festival Memeden Gadu Jepara
Festival budaya Jepara ini sendiri bertujuan untuk menjaga kearifan lokal serta menghidupkan kembali cara-cara mengusir hama tanaman padi terutama burung. Dengan menggunakan orang-orangan sawah (memeden gadu) dan tidak menggunakan pestisida. Cara ini paling efektif untuk mengusir burung yang suka makan padi yang mulai berbuah.
Prosesi sakral pada Festival Memeden Gadu Jepara sebagai sedekah bumi, yaitu dengan mengarak tumpeng raksasa. Upacara adat ini melambangkan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki melalui tanah atau bumi berupa segala bentuk hasil bumi.
Sementara Memeden Gadu atau hantu sawah juga masyarakat sekitar arak berkeliling kampung. Bertujuan agar sawah-sawah milik warga nantinya tidak ada serangan hama yang sering merugikan petani.
Kemudian di depan rumah-rumah warga juga terdapat hantu sawah yang terbuat dari jerami. Agar masyarakat tahu dan selalu ingat bahwa peran Memeden Gadu dalam menjaga produktivitas hasil panen sangat penting.
Baca juga: Mengenang Sejarah Perjuangan Kartini di Museum RA Kartini Jepara
Arak-arakan ini pun menjadi lebih menarik dengan penampilan sosok Dewi Sri yang juga ikut dalam arak-arakan, selain Tumpeng Raksasa dan Memeden Gadu. Sosok Dewi Sri tersendiri merupakan simbol “Dewi Kesuburan Padi”, dengan harapan padi-padi milik petani nantinya bisa tumbuh dengan subur.
Tak hanya sebagai bentuk rasa syukur, arak-arakan ini juga harapannya menjadi media untuk menciptakan kerukunan antar dan sesama warga desa.*
Sumber & Foto: tic.jepara