Berkunjung ke Pura Maospahit Denpasar yang Unik, Arsitekturnya Gaya Jawa Timur

Pura Maospahit
Dua orang turis asing sedang menikmati suasana di Pura Maospahit.

TURISIAN.com – Pada umumnya, Pura atau tempat ibadah Umat Hindu Bali memiliki bangunan dengan arsitektur khas Bali, seperti batu bata merah berhiaskan ukiran-ukiran. Nah, ada satu pura yang unik di Pulau Dewata, namanya Pura Maospahit di Kota Denpasar. Arsitektur pura ini justru lebih cenderung mengikuti gaya Jawa Timur.

Berhubung lokasinya berada di Bali, Pura Maospahit menjadi istimewa dengan gaya bangunan Jawa-nya. Sehingga banyak pula dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Sobat Turisian wajib ke sini buat melihat langsung keunikannya.

Bangunan pura ini, dominan tersusun dari batu bata merah tanpa memanfaatkan ukiran bergaya Bali. Pura Maspahit lebih menonjolkan relief di beberapa sisi bangunan.

Seperti Arca Terrakota di kiri dan kanan pura, serta Relief Garuda dan Relief Bima, masing-masing terletak di sisi kiri serta kanan candi bentar. Dinding bangunan pura lainnya terlihat polos, dengan tumpakan batu bata merah.

Sejarah Pura Maospahit

Dari sejarahnya dalam Babad Wongayah Dalem, pura ini merupakan salah satu peninggalan Sri Kebo Iwo. Sri Kebo Iwo merupakan seorang ahli bangunan terkenal yang membangun pura tersebut di tahun Saka 1200 atau 1278 Masehi.

Ia membangun Pura Maospahit sebagai bagian dari dharma atau tugas sebagai ahli bangunan di wilayah Badung. Babad Wongayah Dalem juga menjelaskan, Candi Raras Maospahit yang menghadap ke barat itu merupakan pelinggih gedong bata merah besar di antara dua patung gerabah kuno. Candi ini sekaligus menjadi pelinggih utama di pura dan letaknya persis di tengah-tengah pura.

Baca juga: Tak Hanya Pantai, Bali Punya Wisata Fotogenik Big Garden Corner

Kemudian, di tempat ini Sobat Turisian dapat mengamati Candi Gedong Majapahit, sebelah pura yang menghadap ke selatan. Candi ini dibangun atas permintaan Raja Kerajaan Bandana atau Badung yang ingin mendirikan Gedong Pewayangan Majapahit. Tujuannya untuk mendampingi Gedong Candi Raras Maospahit.

Pembangunan candi ini berlangsung selama bertahun-tahun, setelah Sri Kbo Iwo wafat karena kalah oleh Gajah Mada. Tak tanggung-tanggung, salah satu ahli bangunan, I Pasek, diutus ke Majapahit untuk membuat ukuran gedong. Pada perkembangannya, dua candi ini menjadi palinggih utama di Pura Maospahit.

Panca Mandala Pura Maospahit

Pura Maospahit sendiri, terbagi atas lima halaman atau Panca Mandala. Halaman pertama, tempat Candi Raras Maospahit dan Candi Gedong Majapahit. Empat halaman sisanya terdapat beberapa bangunan, antara lain Candi Kusuma di sebelah barat halaman pertama sebagai mandala pertama.

Lalu ada Candi Renggat di selatan halaman utama sebagai mandala kedua. Jaba Sisi di sebelah barat kuil sebagai mandala ketiga, dan Jaba Tengah di tengah sebagai mandala keempat. Adanya panca mandala ini hanya ada di Pura Maospahit. Umumnya, pura di Bali terbagi atas tiga mandala saja, yakni Jaba Sisi, Jaba Tengah, dan Utamaning Mandala.

Hingga kini, keberadaan Pura Maospahit tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga menjadi salah satu peninggalan sejarah dan budaya di Bali. Masuk sebagai cagar budaya yang dilindungi.

Persembahyangan di pura ini pun rutin berlangsung dengan pujawali besarnya terjadi dua kali dalam setahun. Yaitu pada Purnama Jyesta untuk memuliakan Ratu Ayu Mas Maospahit dan Purnama Kalima untuk memuliakan Ida Bhatara Lingsir Sakti.

Baca juga: Jalan-Jalan Sore di Tukad Badung, Taman Korea-nya Denpasar Bali

Sobat Turisian yang penasaran dengan pesona Pura Maospahit, kunjungi segera dan masukkan dalam daftar kunjungan liburan Sobat Turisian ke Bali nanti. Lokasinya ada di Jalan Sutomo No.6, Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali.*

 

 

 

Sumber & Foto: Dispar Denpasar

Pos terkait