Museum Nyamuk Pangandaran, Destinasi Wisata Edukasi Unik Bersama Keluarga

Museum Nyamuk Pangandaran
Museum Nyamuk Pangandaran memiliki lebih dari 25 koleksi spesies nyamuk yang bisa dilihat oleh wisatawan. ( Instagram.com/ @museum_nyamuk)

TURISIAN.com – Kabupaten di Selatan Jawa Barat ini memiliki ragam destinasi unik. Selain pilihan pantainya yang indah, salah yang menarik adalah Museum Nyamuk Pangandaran.

Hadir sebagai destinasi wisata edukasi, Museum Nyamuk di Pangandaran hadir untuk memeriahkan momen liburan bersama kawan maupun keluarga.

Museum Nyamuk di Pangandaran termasuk ke dalam pilihan wisata yang unik karena di tempat lain jarang ditemukan koleksi dari nyamuk.

Dikutip TURISIAN.com- dari Mypangandaran.com pada Minggu, 17 April 2022, setidaknya Museum Nyamuk memiliki 28 spesies koleksi nyamuk yang berasal dari 6 genus yang berbeda.

BACA JUGA: Sensasi Berkendara Keliling Dunia di Museum Angkut Malang

Lokasi Museum

Berada  di Kampung Babakan, Kecamatan Pangandaran. Jika sobat Turisian bertolak dari Kota Ciamis atau Banjar. Maka lokasinya tidak terlalu jauh yakni tepat sebelum Bundaran Marlin yang dikenal sebagai pintu gerbang masuk menuju ke berbagai objek wisata di Pantai Pangandaran.

Sesuai dengan namanya, pada bagian depan museum terdapat patung nyamuk berukuran raksasa yang siap menyambutmu kapan saja.

Museum Nyamuk juga merupakan salah satu program wisata ilmiah yang ditawarkan oleh Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Balitbangkes Kementerian Kesehatan.

Maka museum ini juga berlokasi di kompleks Loka Litbang, berisikan ragam jenis nyamuk serta fasilitas penelitian lainnya sekaligus sebagai Museum Nyamuk pertama yang ada di Indonesia.

BACA JUGA: Yuk Mengenal Sejarah Timah di Museum Timah Indonesia, Pertama di Asia Lho!

Tempat Edukasi Ilmiah

Pada awalnya, yang bertugas di tempat ini adalah para peneliti yang meneliti tentang nyamuk. Namun, kini keberadaannya dijadikan sebagai destinasi wisata edukasi dan ilmiah.

Perubahan ini dilakukan bertujuan untuk mengubah cara pandang masyarakat yang berpikir bahwa segala hasil penelitian itu terlalu berat. Yang ditunjukkan di sini adalah proses penelitian yang sifatnya ilmiah saja.

Para peneliti di Loka Litbang Pangandaran pun berharap agar dari hasil penelitian akan ada sesuatu yang bisa disampaikan kepada masyarakat luas tanpa melalui seminar maupun jurnal.

Maka, para peneliti di Museum Nyamuk Pangandaran pun mengambil andil besar dalam memvisualisasikan hal apa saja yang bisa disampaikan.

Contoh sederhananya adalah, kebanyakan masyarakat melihat nyamuk biasa saja. Namun ternyata nyamuk adalah hewan yang banyak jenisnya.

Bahkan ada rentetan penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk. Maka cara supaya tidak terkena nyamuk dan hal-hal lain yang berkaitan dengan nyamuk, berusaha divisualisasikan oleh para peneliti di Museum Nyamuk Pangandaran.

BACA JUGA: Berkunjung ke Istana Kutai Kartanegara yang Kini jadi Museum Mulawarman

Fasilitas dan Koleksi yang Mumpuni

Dengan total 28 spesies koleksi nyamuk dari 6 genus yang berbeda diantaranya ada jenis nyamuk Anopheles, Aedes aegypti, Culex yang merupakan jenis nyamuk berbahaya

Hingga Toxorhynchites atau yang juga biasa dikenal sebagai nyamuk vegetarian. Disebut demikian karena nyamuk jenis ini memang tidak menghisap darah manusia, melainkan hanya menghisap cairan tanaman.

Sejumlah peralatan pendukung pun dipajang sebagai bagian dari koleksi museum. Diantaranya adalah aneka peralatan untuk menangkap nyamuk.

Mulai dari alat sederhana yang terbuat dari seng hingga perangkat super canggih yang bisa menampung hingga lebih dari 1.000 nyamuk.

Bukan hanya perangkat penelitian saja, wisatawan yang berkunjung juga bisa mengunjungi area sinema yang didesain sedemikian rupa hingga terlihat seperti gedung bioskop.

Sinema tersebut kerap digunakan untuk memutar video maupun film animasi yang tentu saja masih seputar pengetahuan tentang nyamuk, mulai dari alur hidup nyamuk hingga habitat serta proses perkembangbiakannya.

Biaya Masuk Sangat Terjangkau

Untuk paket wisata edukasi yang terbilang cukup lengkap tersebut, pengunjung hanya dikenakan tarif sebesar Rp 3.000 untuk akses masuknya. Biaya tersebut nantinya akan digunakan untuk biaya operasional maupun pemeliharaan museum yang kemudian sebagiannya disetorkan kepada Pemerintah Daerah sebagai retribusi.

Tercatat setidaknya ada 900 pengunjung yang datang setiap tahunnya untuk berwisata sekaligus menimba ilmu di Museum Nyamuk Pangandaran.

Museum ini dibuka untuk seluruh kalangan tanpa terkecuali, karena terbilang sangat ramah untuk anak-anak hingga usia dewasa.

Murid sekolah, mahasiswa hingga para peneliti pun kerap datang ke museum ini dengan mengambil program wisata yang menarik.

***

 

Pos terkait