TURISIAN.com – Atraksi budaya Bali sudah terkenal hingga ke mancanegara, ini karena keunikannya dan masih terus dipentaskan sebagai daya tarik wisata. Wisatawan yang datang pun dapat dengan mudah melihat pementasan budaya. Namun jika ingin mengetahui lebih dalam soal sejarah dan budaya Bali, bisa coba datang ke Museum Bali.
Lokasi museum tertua di Pulau Dewata ini berada di Kota Denpasar, sebelah utara Pura Jagatnatha. Tepatnya di Jalan Mayor Wisnu No. 1, Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur.
Museum Bali bisa menjadi alternatif tujuan liburan Anda bersama keluarga di Bali, jika sudah puas dengan wisata pantainya. Tempat ini menjadi pilihan terbaik untuk belajar mengenal sejarah dan budaya Bali. Juga termasuk bagian dari wisata kota (city tour) Denpasar.
Saat memasuki museum, pengunjung akan diajak melihat beragam koleksi yang sudah dibagi ke dalam sejumlah kategori. Mulai dari kategori arkeologika, historika, seni rupa, etnografika, biologika, numismatika, fisiologika, keramologika, dan teknologika.
Terdapat banyak koleksi berupa peninggalan masa lampau manusia dan benda-benda etnografi. Seperti peralatan dan perlengkapan hidup, kesenian, keagamaan, bahasa, tulisan, dan lainnya yang mencerminkan kehidupan serta perkembangan kebudayaan Bali.
Penataan Koleksi
Koleksi-koleksi tersebut disimpan dan ditata menurut konsep Tri Mandala, yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Benda-benda yang termasuk sakral ditata di Gedung Tabanan dan Gedung Karangasem. Penamaan gedungnya diambil dari asal raja yang memberi bantuan.
Pameran koleksi di Gedung Karangasem mengusung tema cili, melambangkan kesuburan dan kesejahteraan. Sementara di Gedung Tabanan bertema kris yang identik dengan pusaka raja. Kris ini disusun secara kronologis, mulai dari koleksi kris sejak zaman Belanda hingga sekarang.
Baca juga: Tak Hanya Pantai, Bali Punya Wisata Fotogenik Big Garden Corner
Kemudian untuk benda-benda koleksi yang tergolong tidak sakral, seperti kain-kain tradisional Bali, lukisan, patung, dan kerajinan tangan ditempatkan di Gedung Buleleng. Dengan mengusung tema pameran uang kepeng atau pis bolong.
Tema uang kepeng didasari dari Buleleng yang menjadi daerah pertama di Bali yang berhubungan dengan orang-orang Cina. Buleleng juga menjadi daerah perekonomian pertama di Bali. Beragam uang kepeng sejak zaman Majapahit, Banten, Palembang, dan Cina abad 8 dan 9 Masehi bisa dijumpai di sini.
Tak hanya koleksi benda sakral dan tidak sakral, museum tua ini pun menyimpan koleksi yang berhubungan dengan peninggalan prasejarah. Antara lain peti mayat dari batu atau sarkafogus, dan stupika yang ditata di Gedung Timur. Dengan tema pameran kisah tentang puncak budaya Bali sejak zaman prasejarah hingga zaman modern.
Sejarah Museum
Keberadaan museum ini sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Dibangun pada 1910, di atas lahan seluas 6000 meter persegi. Pendiriannya berawal dari keprihatinan seorang asisten residen Belanda untuk Bali Selatan, WFJ Kroon.
Kroon prihatin karena setelah kemenangan Belanda pada Perang Puputan, banyak barang-barang antik Bali dibawa ke Belanda. Ia pun mengutus seorang arsitek Jerman, Curt Grundler dan dua undagi Bali, I Gusti Ketut Rai dan I Gusti Ketut Gede Kandel untuk mendesain gedung Museum Bali. Sebagai tempat menyimpan barang-barang antik Bali.
Rencana pembangunan museum saat itu didukung seluruh raja di Bali. Mulai dari Raja Karangasem, Raja Buleleng, Raja Tabanan, Raja Bangli, Raja Negara, dan Raja Badung. Akhirnya museum yang menjadi jendela Bali ini resmi dibuka pada 8 Desember 1932.
Baca juga: Indahnya Hamparan Sawah Terasering Tegallalang Ubud
Arsitektur gedungnya memadukan desain pura dan puri. Desain pura dituangkan ke dalam atap bangunan berbahan ijuk dan bale kulkul. Sedangkan desain puri diterapkan pada bale bengong dan taman beji.*