TURISIAN.com – Event Gowes Anudax 2022 telah usai. Tapi banyak cerita menarik yang tertinggal. Mulai dari obrolan trek yang bikin pengen ‘berantem’, sampai peserta 300 km yang dianggap bukan ‘manusia’.
Bagaimana tidak, finish yang seharusnya ditempuh dalam waktu 21 jam mereka bisa menyelesaikan lebih cepat.
Sebut saja, goweser Jarwoko Sarman yang berhasil finish pada pukul 21.38.38 atau sekitar 16 jam perjalanan. Menyusul, kemudian Sudirman pada posisi kedua dengan selisih 1 menitan, tepatnya pukul 21:39:38 WIB.
Pada kategori 150K ada 76 finisher. Urutan pertama, yaitu Dandy Yudhistira yang berhasil mencatatkan waktu finish pada pukul 14:10:56 WIB atau kurang lebih 9 jam.
Lalu finisher kedua Pramono Tunggul dengan waktu finish pada pukul 14:31:50 WIB. Di tempat ketiga ada Braja Lukita yang finnish pada pukul 14:46:34 WIB.
BACA JUGA: Event Anudax 2022 Sukses Digelar, Respons Positif dan Antusias Peserta Cukup Tinggi
Panitia event gowes Anudax 2022 sendiri memberikan waktu tempuh untuk 150 Km yakni 11 jam.
Apresiasi pun kemudian disematkan kepada Panita Anudax 2022 yang telah memberikan tantangan menarik bagi para peserta.
“Terima kasih buat panitia anudax yang luar biasa. Meskipun tanjakannya menjengkelkan, tapi overall rutenya memang sangat nyaman dan indah untuk dinikmati,” kata Haryoko, peserta paling senior yang ikut di 150 km.
Alumni ITB Angkatan 76
Di usianya yang memasuki angka 65, alumni sipil ITB angkatan 76 ini masih mampu menaklukan rute yang bukan gampang untuk sebuah event gowes mandiri.
Ditemui Turisian.com usai memasuki finish, goweser pensiunan pejabat tinggi di Bank Mandiri ini masih terlihat segar bugar.
BACA JUGA: Ragam Foto Peserta Gowes Anudax 2022 Kategori 150 Km
Bahkan dengan ramah ia masih melayani beberapa pertanyaan, sambil terkadang melemparkan tawa ringan. Seolah, bukan baru saja menyelesaikan perjalanan 150 km.
Bagi Haryoko mengikuti event gowes bukan kali ini saja. Beberapa kali event serupa ia pernah ikuti. Terakhir pada tahun 2021 lalu pada Audax 200 km dan 300 Km.
“Saya menghargai panitia saja ini. Kebetulan dia itu (Iman Permadi, Ketua Panitia Anudax 2022) sohib karib saya. Ngasih 11 jam, ya saya selesaikan finish 11 jam kurang dikit,” selorohnya
Mulai gowes sejak tahun 2013 atau hampir 10 tahun, Haryoko hamper tidak pernah absen dalam mengikuti acara sepeda mandiri ini.
BACA JUGA: Memilih Sepeda untuk Event Gowes, Simak Edisi Spesial Ini
Dari Sumatera Barat, Tambora Hingga Keliling Jawa Tengah
Pernah mengikuti gowes bersama Kompas 3 hari berturut-turut. Mulai yang di Sumatera Barat, Tambora, Ambon hingga keliling Jawa Tengah.
Masih dengan semangat yang ‘membara’, Haryoko juga mengaku sudah mempersiapkan diri untuk ikut dalam event gowes Tugu Monas (Jakarta)-Tugu Yogyakarta, pada 26-28 Mei 2022 mendatang.
“Gak tau nyampe atau gak, pokoknya ikut,” katanya.
Apa sih asyiknya ikut sepedaan sebegini “esktrim”-nya?
“Saya itu, Masya Allah ya, kalau uda ikut gowes, gimana ya. Pokoknya terus aja. Tapi, sebetulnya saya itu paling senang kalau gowes sendirian,” jawab Haryoko enteng.
BACA JUGA: Wisata Alam Gratis di Hutan Bambu Bekasi, Dengan Suasana Masih Asri
Menurutnya, hobi gowes telah merubah alam kebiasaan. Oleh karenanya, dengan gowes sendiri sudah mendapatkan kenikmatan.
“Orang kadang bilang, kok gila itu sepedaan sendirian. Saya kembalikan saja, sendiri itu sangat menikmati,” ujarnya.
Bahkan sudah hal biasa, gowes hingga larut malam. Berangkat bagi, pulang bisa jam 1 dini hari. Pernah semalaman mengelilingi Gunung Salak sendirian, dari Kracak hingga ke Cikidang.
Pernah Melintasi Tanjakan Mengerikan
“Sebetulnya, rute event gowes Anudax 2022 ini pernah saya lewati juga. Sampai ke Jatiluhur, Parang Gombong, Purwakarta. Ya, rata-rata gowes di atas 200 km, begitu,” ungkap goweser yang sudah dikarunia 4 cucu ini.
“Ya, jarang ikutan yang berdasarkan ketepatan waktu. Saya gowes, enak aja. Mau finish jam berapa saja juga,” jelasnya.
BACA JUGA: 4 Event Sport Tourism Indonesia Paling Ditunggu di Tahun 2022
Lalu, selama hobi bersepeda lintas alam, kawasan mana yang dianggap berat?
“Jalur Sawarna, yang saya anggap cukup berat. Tanjakannya, cukup mengerkan,” kata Haryoko soal rute Sawarna Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Begitu juga dengan jalur Tambora ke Sumbawa sejauh 403 km dengan cuaca yang cukup panas.
Bagaimana respon keluarga terkait hobinya yang cukup “gila” ini.
“Anak saya kebetulan sudah menikah semua. Ya, mereka sudah tau saya begini, happy aja,” katanya.
Putra Haryoko dua orang mengkuti jejaknya, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB). Sedangkan satu lagi lulus dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia (UI). ***