TURISIAN.com – Gedung Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta, Jumat siang itu menjadi semacam forum mini pembangunan yakni antara gagasan dan tantangan zaman.
Di sana, Direktur Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Panjaitan duduk bersisian dengan para mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Batak Nasional (IMAIBANA). Membincangkan masa depan Danau Toba dan segala tantangan yang menyertainya.
Lewat tajuk dialog “Menatap Masa Depan Pariwisata Danau Toba”, sejumlah problem lama diurai kembali. Mulai, soal skema kerja sama investasi yang tak kunjung tuntas. Strategi promosi yang minim gebrakan, hingga pertanyaan klasik, mengapa destinasi super prioritas ini masih terseok-seok menggaet perhatian dunia?
“Kita harus promosi sepenuh hati,” kata Jimmy.
“Danau Toba perlu lebih banyak event besar. Harus ada gebrakan. Investor juga perlu diyakinkan, tapi kita juga memperjuangkan jangka waktu investasi yang lebih ideal.”
Ucapan Jimmy seperti mengafirmasi realitas. Beberapa event internasional memang pernah digelar di sana. Seperti Aquabike Jetski World Championship dan F1 Powerboat Lake Toba.
Tapi itu belum cukup. Toba masih butuh lebih banyak sorotan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga menambahkan tekanan.
“Kita perlu strategi promosi yang lebih progresif. Lihat Italia atau Jepang, mereka punya agenda rutin yang jadi magnet global.”
Ia mengutip data pada 2019, dimana devisa dari pariwisata sempat melampaui sektor migas.
BACA JUGA: Toba Caldera Resort, Menepi Sejenak di Pelukan Danau Toba
Geliat Pembangunan
Tapi geliat pembangunan tak melulu soal angka dan event. Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa UKI mengangkat isu lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Sorotan mengarah pada status Geopark Kaldera Toba yang sempat mendapat “kartu kuning” dari UNESCO. Sebuah,peringatan yang bukan sekadar simbolik.
Kementerian Pariwisata, menurut Jimmy, telah mulai membenahi antara gagasan atau percepatan pembangunan. Tapi langkah-langkah konkret tetap dituntut. Terutama untuk memastikan standar geopark berkelanjutan sesuai kaidah internasional terpenuhi.
Dialog publik ini menjadi lebih dari sekadar pertemuan formal. Ia merekam denyut lain dari pembangunan: suara-suara muda yang kritis dan ingin terlibat.
Sebagai tindak lanjut, UKI, BPODT, dan IMAIBANA meneken nota kesepahaman (MoU) untuk pengembangan kapasitas SDM di sektor pariwisata.
“Kampus tak boleh hanya jadi menara gading,” kata Wakil Rektor UKI, Dr. Hulman Panjaitan.
“Kami siap hadir lewat pelatihan, riset terapan, dan keterlibatan mahasiswa secara langsung.”
Sejumlah tokoh juga hadir dalam forum ini. Politikus PDIP Trimedya Panjaitan, perwakilan Pemuda Batak Bersatu, dan tokoh Gaja Toba Semesta Ramles Silalahi turut menyimak gagasan-gagasan yang berseliweran.
Sebagian mungkin akan jadi kebijakan, sebagian lainnya mengendap sebagai catatan.
Yang jelas, Danau Toba, dengan segala potensi dan problemnya, sedang berdiri di persimpangan. Dan suara-suara dari kampus hari itu, mungkin adalah kompas kecil yang membantu memilih arah, yakni antara gagasan dan masa depan. ***