TURISIAN.com – Pantai Padang Galak, Kota Denpasar, Minggu 23 Juli 2023 gegap gempita. Pagi itu, sebanyak 1.042 peserta, dengan penuh semangat, meramaikan Festival Layangan Bali.
Sebagai salah satu bentuk pelestarian permainan tradisional Bali, festival ini menyuguhkan pesona kekompakan.
Termasuk, gemulai tali layangan dalam rangka memuliakan laut dan angin, dengan tema Bayu Segara Kerthi.
Dalam nuansa khas Bali yang memikat, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, tak ketinggalan merasakan getaran kegembiraan bersama para peserta lomba.
BACA JUGA: Pemerintah Kota Tomohon Belajar Ekonomi Kreatif ke Bali, Ini yang akan Diraih
Dengan memukau mengenakan busana adat Bali, mereka saling bersautan tali layangan dengan gemulai tariannya yang memikat.
Suara alunan gamelan dan tembang Bali yang terkait dengan Dewa Bayu, menambahkan kesakralan acara ini.
“Kegiatan yang menghadirkan ruang kreativitas bagi para rare angon, para penghobi layang-layang, bukan sekadar perayaan semata. Tapi juga membawa misi meningkatkan kekompakan dalam menerbangkan layangan,” seru Agus Arya Wibawa di tengah sorak-sorai penonton.
Khazanah Budaya Pulau Dewata
Meski festival ini merupakan perhelatan tahunan, tak dapat disangkal bahwa tahun ini mencatat momentum luar biasa.
BACA JUGA: Wisatawan Diminta Hati-hati, Gunung Semeru Kembali Meletus
Di bawah kepemimpinan Komunitas Seni Layangan Bali, pelaksanaan Festival Layangan Bali memancarkan pesona yang luar biasa. Bahkan pengunjung terus mengalir di Pantai Padang Galak.
Kehadiran wisatawan mancanegara pun semakin memperkaya khazanah budaya pulau dewata.
Bukan hanya semata pakaian adat, layangan-layangan yang melayang tinggi sejatinya menceritakan kisah-kisah tradisi leluhur yang tak ternilai harganya.
Putu Chris Budhi Setiyawan, ketua panitia acara, berbagi keceriaan karena festival ini telah mengalami peningkatan prestasi. Yakni, menjadi festival kedua yang menyatu dengan semangat luhur Bali.
BACA JUGA: Wisatawan Diminta Hati-hati, Gunung Semeru Kembali Meletus
Di mata para penikmat budaya, acara ini seolah menampilkan surga kekayaan warna dan bentuk layangan.
Beragam jenis layangan seperti pecukan, bebean, janggan, janggan buntut, dan kreasi diilombakan dalam lomba ini.
Tradisi Bali
Hanya dengan teknik yang mumpuni, 318 peserta telah berhasil memukau penonton di hari pertama.
Sementara pada hari kedua, peserta mencapai angka luar biasa sebanyak 724 peserta, ditambah lagi dengan 93 peserta lomba pindekan.
BACA JUGA: Bali Tetap Memikat, Pencabutan Bebas Visa dan Kasus Rabies Tak Pengaruhi Wisata
Pesona sejati acara ini pun tercermin ketika para peserta remaja dan dewasa menunjukkan kepiawaian mereka.
Terutama, saat menerbangkan layangan secara bersamaan tanpa ada satu pun tali layangan yang saling senggol.
Gemulai, indah, dan selaras, itulah yang kian memperkaya makna dan pesan di balik Festival Layangan Bali.
“Selain memberikan sorotan kepada warisan budaya kita, festival ini juga telah membuktikan kekuatan persatuan dalam mempertahankan tradisi Bali yang kian memudar. Mari lestarikan bersama-sama!” ucap Agus Arya Wibawa dengan penuh semangat.
BACA JUGA: Warung Mak Beng Bali, Tak Hanya Diserbur Wisnu, Tapi Juga Wisman
Dengan memori gemerlap festival yang telah diukir dalam sejarah, Festival Layangan Bali menjadi bukti cinta para generasi muda Bali terhadap akar budayanya.
Lewat gemulainya layangan, terikatlah mereka dalam satu tekad: melestarikan dan memuliakan harta karun leluhur.
Disamping itu, juga sambil merajut tradisi melalui gemuruh lautan dan desiran angin. ***