Menparekraf Sebut Bali Dipersiapkan jadi Destinasi Unggulan Health Tourism

Health Tourism
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat "Weekly Brief with Sandi Uno” di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (28/11/2022). (dok. Kemenparekraf)

TURISIAN.com – Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan mempersiapkan dan mengembangkan Bali sebagai destinasi unggulan health tourism atau wisata kesehatan. Demikian disampaikan Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno dalam “Weekly Brief with Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid. Bertempat di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (28/11/2022).

“Kami secara all out akan mempersiapkan destinasi pariwisata kesehatan dan saat ini Kemenparekraf/Baparekraf RI telah menetapkan logo branding ‘Indonesia Health Tourism’. Dan kampanye #SehatdanBugardiRumahSendiri dan #DiIndonesiaAja agar dapat digunakan bagi pemangku kepentingan wisata kesehatan di Indonesia,” tutur Menparekraf dalam siaran persnya, Selasa (29/12/22).

Rencana pengembangan pariwisata kesehatan di Bali ini, bertujuan agar dapat menarik masyarakat Indonesia yang biasa berobat ke luar negeri untuk tetap berobat di Indonesia. Guna mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Sebab berdasarkan data dari Kemenkes pada 2021 adanya “economic leakage” sekitar Rp161 triliun per tahun dari masyarakat Indonesia yang berobat di luar negeri.

Pengembangan health tourism ini menjadi prioritas strategi nasional karena menjawab tantangan yang bangsa Indonesia hadapi. Yaitu pemulihan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi.

Kolaborasi dengan Pihak Lain

Kemenparekraf juga terus berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga, asosiasi, dan industri health tourism lainnya. Untuk mengimplementasi empat pilar yang telah sepakat dalam mengembangkan pariwisata kesehatan. Di antaranya wisata medis, wisata kebugaran, wisata olahraga kesehatan berbasis event olahraga, dan wisata ilmiah kesehatan berbasis MICE.

Baca juga: Kemenparekraf Bidik 1,5 Juta Turis Kaya untuk Datang ke Bali

“Dan Bali merupakan champion city dan hub untuk wisata medis. Serta salah satu destinasi yang lengkap secara potensi untuk bisa kita kembangkan sesuai dengan pilar-pilar pariwisata kesehatan tersebut,” tutur Sandiaga.

Lebih lanjut Sandiaga juga menerangkan, selain memperkuat kolaborasi, Kemenparekraf juga melakukan sejumlah upaya agar sektor pariwisata bisa terhubung dengan sektor kesehatan. Di antaranya menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) Wisata Medis dan Wisata Kebugaran Indonesia. Lalu mendukung dan mendorong rumah sakit maupun klinik yang secara eksisting telah ada di Bali untuk bisa mendapatkan SK Menkes sebagai fasilitas layanan kesehatan wisata medis (health tourism).

Berikutnya juga mendukung program KemenBUMN yang saat ini tengah mengembangkan KEK Kesehatan di Sanur; serta sebagai quick win. Juga mengimbau pemerintah daerah masing-masing untuk dapat membentuk badan entitas kolaboratif yang berfungsi untuk mengkoordinasi, mengadvokasi, dan mengeksekusi kebijakan. Serta program-program yang perlu dalam rangka pengembangan wisata kesehatan di wilayahnya.

KEK Sanur Bali

Selain itu, untuk KEK Sanur dalam health tourism ini sendiri akan ada beberapa fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit yang akan pemerintah kembangkan. Tentunya bekerja sama dengan institusi-institusi ternama dari beberapa negara yang sudah maju di bidang kesehatan. Salah satunya Mayo Clinic dan Johns Hopkins University.

“Ini kita harapkan akan mampu untuk menampung lebih banyak peluang, bukan hanya bagi warga negara Indonesia untuk mendapatkan layanan kesehatan yang prima. Tapi juga untuk turis dari mancanegara yang berkunjung ke Bali. Jadi wisatawan bukan hanya menikmati keindahan alam dan budaya tapi juga merasakan suatu pelayanan kesehatan yang mumpuni,” sambung Sandiaga.

Baca juga: Pantai Sanur, Dari Matahari Terbit Hingga Snorkeling Yang Memanjakan Pengunjung

“Menteri Kesehatan juga memiliki beragam terobosan seperti mengajak diaspora-diaspora kita. Khususnya dokter yang berasal dari Indonesia namun melakukan praktik di luar negeri. Dan tentunya yang memiliki keilmuan yang tinggi bisa kembali ke Indonesia memberikan kontribusi kepada pariwisata berbasis kesehatan di Indonesia,” ungkapnya.*

 

Pos terkait