TURISIAN.com – Festival Jatiluwih Cultural Week yang berlangsung selama dua hari yakni 15-16 Oktober 2022 mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Bali.
Hal ini disampaikan Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya saat berada di lokasi acara Festival Jatiluwih Cultural Week (JCW) 2022 di Tabanan, Minggu 16 Oktober 2022.
Ia berharap JCW 2022 bertajuk Rise of The World Heritage mampu membangkitkan kembali sektor pariwisata setelah diterpa pandemic Covid-19.
“Saya harap festival yang digelar selama dua hari ini mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke daerah yang kita cintai ini,” ujarnya.
BACA JUGA: Menyaksikan Fenomena Alam di Water Blow Nusa Dua Bali yang Memukau
Ajang JCW yang berkolaborasi dengan mahasiswa Poltekpar Bali itu, akan dimeriahkan berbagai kegiatan.
Seperti, seni budaya dari kearifan lokal yang ada di Jatiluwih. Dan keterlibatan kalangan UMKM lokal dalam kegiatan weekend market dengan menawarkan hasil atau ciri khas masyarakat Jatiluwih.
“Kabupaten Tabanan memiliki tiga daerah tujuan wisata unggulan. Yakni Pura Ulundanu Beratan Bedugul, Jatiluwih, dan Tanah Lot. Ketiga destinasi itu merupakan sumber PAD bagi Tabanan,” katanya
Pembangunan heritage Jatiluwih
Setiap destinasi memiliki potensi dan keunggulan masing-masing. Seperti Ulundanu dengan pura dan panorama danau yang indah, Tanah Lot dengan pura dan lautnya serta Jatiluwih dengan heritage sawahnya.
BACA JUGA: Rute Baru AirAsia Penang-Bali PP, Berikut Jadwalnya
Untuk Jatiluwih, pihaknya menekankan harus didukung dengan infrastruktur. Contohnya, tempat parkir dan jalan yang lebar agar bisa meningkatkan kunjungan wisatawan.
“Ini pekerjaan rumah (PR) Pemerintah Kabupaten Tabanan. Khususnya dinas pariwisata maupun stakeholder terkait lainnya yang mendukung pariwisata di Jatiluwih,” ujarnya.
“Mudah-mudahan, ke depan ada sebuah konsep yang baik dan bagus ataupun masterplan yang bagus untuk mengangkat Jatiluwih,” sambung bupati.
BACA JUGA: Tari Baris Memedi, Salah Satu Tarian Sakral dari Tabanan Bali
Bupati Sanjaya mengingatkan pembangunan heritage Jatiluwih harus dijaga. Hal ini mengingat masih ada sawah dan panorama yang harus dilindungi. Sehingga tidak bisa sembarangan membangun infrastrukturnya.
Namun, pihaknya yakin dengan adanya keterlibatan universitas masuk ke desa adat, desa dinas, dan objek-objek wisata, pasti memiliki sebuah kajian akademis yang baik.
Oleh sebab itu, kegiatan tersebut bisa menjadi pengalaman, pembelajaran, sekaligus Pendidikan untuk bisa diaplikasikan pada objek-objek tersebut.
“Pemerintah Kabupaten Tabanan memberi apresiasi kepada Poltekpar Bali dan Desa Jatiluwih yang melakukan sebuah kerja sama berupa MoU di desa wisata itu,” kata Sanjaya. ***