Pariwisata Bali Berusaha Bangkit Melalui Indo Ocean Project, Ini Yang Dilakukan

Indo Ocean Project
Seorang wisatawan menyaksikan matahari terbenam di Pantai Kelingking, Pulau Nusa Penida, Bali. Foto:Getty Images/R.M. Nunes

TURISIAN.com – Pandemi Covid-19 membuat pariwisata Bali berada pada titik nadir. Kini, upaya untuk bangkit kembali terus dilakukan, salah satunya melalui Indo Ocean Project.

“Bali sebagai daerah yang mengutamakan sektor pariwisata, merasakan dampak signifikan akibat pandemi COVID-19,” kata Pascal Sebastian dari Indo Ocean Project, dikutip dari keterangan tertulis IPB University, Jumat 13 Mei 2022.

Menurut Pascal, Nusa Penida merupakan salah satu wilayah di Bali yang baru mengembangkan sektor pariwisata.

Sebelumnya, penduduk lokal Bali mengandalkan komoditas rumput laut sebagai mata pencaharian utama dan kemudian beralih menjadi penggiat usaha pariwisata.

“Sayangnya tidak lama kemudian pandemi COVID-19 singgah di Bali. Rendahnya ketahanan ekonomi menyebabkan banyak usaha pariwisata yang bangkrut. Seperti gugurnya sebagian besar dive guide dan dive operator,” katanya.

BACA JUGA: Danau Batur Kintanami Bali Disulap Jadi Indah, Ini Alasannya

Pascal berupaya bangkit dari kondisi ini dengan membentuk kelompok restorasi terumbu karang bernama “The CorAlliance.”

Upaya ini sebagai alternatif untuk membangkitkan perekonomian di tengah pembatasan kegiatan akibat pandemi COVID-19. Yang menyebabkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan.

“Saya berpikir bagaimana menghasilkan uang dengan keahlian saya (karang dan kegiatan restorasi karang),” ungkapnya.

“Kemudian muncullah gagasan untuk mengupayakan kegiatan restorasi karang berbasis komunitas, dan akhirnya terbentuk “The CorAlliance” terbentuk,” lanjut Pascal.

BACA JUGA: Bali Spirit Festival 2022 Hadirkan Ratusan Workshop, Musik, Hingga Bazaar

Ahli biologi kelautan ini menyatakan bahwa usaha yang dirintisnya tidak hanya bertujuan untuk membangkitkan perekonomian masyarakat dengan terciptanya lapangan pekerjaan.

Menjalankan Restorasi ‘Floating Rope’

Namun, juga membantu pemulihan ekosistem terumbu karang sekaligus mengedukasi masyarakat setempat.

“Masyarakat lokal seumur hidupnya tinggal di Nusa Penida. Tetapi tidak tidak paham apa itu terumbu karang. Kami berupaya mengubah kultur tersebut dengan mengedukasi pentingnya terumbu karang untuk hidup merek. Dan pentingnya untuk menjaga keanekaragaman hayati,” tambah pelaku restorasi karang ini.

BACA JUGA: Jalan-Jalan Sore di Tukad Badung, Taman Korea-nya Denpasar Bali

Pascal menerapkan beberapa metode selama menjalankan upaya restorasi seperti, “live rock” dan “floating rope”.

Floating rope merupakan teknik penanaman rumput laut dengan menggunakan patok kayu dan tali.

Semua metode yang dilakukan terbilang mudah, murah, dan mampu bertahan dalam air meski berasal dari bahan organik.

Hingga April 2022, capaian yang telah diperoleh melalui upaya restorasi karang ini adalah sejumlah 10.046 koral telah ditanam dengan total luasan 300 meter persegi.

Kegiatan ini telah berjalan selama 21 bulan dan berhasil menyerap sembilan pekerja pariwisata.

***

 

Pos terkait