TURISIAN.com – Kain songket menjadi bagian dari pakaian adat dalam proses upacara keagamaan di Bali. Pengrajin songket di Pulau Dewata tersebar di berbagai wilayah kabupaten/kota. Namun ada satu yang terkenal unik, yaitu Songket Beratan dari Buleleng.
Songket sendiri memiliki fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, dan fungsi ekonomi dalam kehidupan masyarakat Bali. Fungsi keagamaannya bahwa songket memiliki peranan penting dalam pelaksanaan upacara keagamaan, utamanya upacara Manusa Yadnya (pernikahan, metatah, dan lainnya).
Fungsi Sosial Budaya songket, memiliki nilai artistik dan estetika dalam perannya di masyarakat Bali pada umumnya dan Buleleng khususnya. Juga kain tenun ini dapat dipergunakan untuk menyama braya (ikatan persaudaraan atau persahabatan).
Selanjutnya, Fungsi Ekonomi, kain songket sebagian besar desain dan produksinya untuk kepentingan pasar. Menjadi sumber penghasilan masyarakat.
Makna Songket Beratan
Selain fungsi, kain tenun Songket Beratan juga memiliki beberapa makna. Pertama, Makna Sakral yang tampak dalam motif-motif sakral seperti Motif Boma. Kedua, Makna Kesetaraan yang memberi hak kepada semua lapisan masyarakat Bali untuk memproduksi dan menggunakan kain songket.
Baca juga: Lima Jenis Kain Tradisional Indonesia yang Sudah Dikenal Mancanegara
Ketiga, Makna Kesejahteraan, hasil tenun songket dapat berguna sebagai sumber penghasilan. Keempat, Makna Kreativitas, karya budaya kain tenun songket Bali merupakan kreativitas dari para seniman atau desainer.
Kelima, Makna Pelestarian, tenun Songket Beratan sebagai tinggalan budaya atau heritage perlu dipertahankan. Keenam, Makna Identitas, songket dapat mengkomunikasikan tentang jati diri maupun status seseorang. Ketujuh, Makna Estetika, tampak dalam motif-motif hasil karya para desainer motif yang kini semakin langka.
Konsep & Ragam Motif Songket Beratan
Nama Songket Beratan lahir dari asal tempat kain tenun ini, yakni Desa Beratan, Kabupaten Buleleng. Desa tersebut memiliki suatu konsep yang terkenal dengan istilah Agaluh Agandring.
Kata ‘Agaluh’ bermakna perempuan yang melakukan kegiatan kerajinan kain tenun songket. Sedangkan ‘Agandring’ bermakna laki-laki yang melakukan kegiatan kerajinan emas dan perak.
Tenun Songket Beratan mempunyai ciri khas dalam motif tenunnya yang mencirikan estetika dan warisan budaya. Antara lain, motif dan ragam hias songket Bali ini mayoritas motif-motif klasik. Motif-motif berukuran benang emas yang lebih kecil, sehingga renyep (rapat dan indah) dan kerep (rapat dan halus).
Baca juga: Menanti Pesona Keindahan Mentari Terbit di Danau Tamblingan Buleleng
Kemudian kain khas Buleleng ini menggunakan benang halus, jadi songket menjadi ringan dan tidak berat saat memakainya. Antara basang (bagian dalam kain) dan Tundu (bagian luar kain) tidak menampakkan perbedaan yang mencolok.*
Sumber: Disbud Buleleng & Kemdikbud