Mengenal Tari Buyung Kuningan yang Sarat Makna, Wujud Rasa Syukur Musim Panen

Tari Buyung Kuningan
Tari Buyung Kuningan. (iStock)

TURISIAN.com – Indonesia kaya akan warisan budaya tradisional yang memukau, salah satunya seni tari tradisional khas daerah. Seperti Tari Buyung asal Kuningan, Jawa Barat yang memukau dan mengundang decak kagum penonton di setiap pementasannya. Sobat Turisian wajib lihat langsung keseruannya.

Mengutip dari Jurnal ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung, Tari Buyung lahir pada era 1960-an atas prakarsa Ratu Emalia istri Pangeran Djatikusuma, selaku pupuhu (ketua adat) masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR). Kemudian komposisi motif gerak tarinya disusun pada tahun 1970-an.

Selain pertunjukannya menarik, Tari Buyung Kuningan juga sarat akan nilai filosofis. Yaitu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berlangsungnya musim panen padi. Sehingga tarian ini biasa hadir saat Upacara Adat Seren Tahun. Gimana keren kan, Sobat Turisian? Itulah kehebatan kearifan lokal bangsa ini, segala sesuatu dibuat ada maknanya!

Makna lain dan konsep tarian dari wilayah Cigugur, Kuningan ini, adanya perpaduan dari manusia, tanah, dan air. Karena di dalam hidup ini, air adalah sebagai sumber kehidupan dan tanah menjadi pijakannya.

Kemudian nama “Buyung” berasal dari nama alat pengambil air yang masyarakat Kuningan gunakan pada zaman dulu. Mereka meletakkan buyung tersebut di atas kepala sehingga butuh keahlian khusus untuk membawanya.

Baca juga: Menelusuri Jejak Manusia Purba di Situs Purbakala Cipari Kuningan

Tarian ini pun menggambarkan kisah keseharian gadis desa yang berkegiatan mengambil air. Serta bercengkrama satu sama lain ketika berada di sungai atau kolam sebagai sumber airnya

Gerakan Tari Buyung

Gerakan yang paling memukau, yakni saat penari berdiri di atas kendi. Tak tampak kesulitan atau kesakitan, mereka tetap tampil lemah lembut. Hal ini erat dengan perumpamaan “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.

Atraksi lainnya, ada gerakan saat penari bersimpuh di bawah sebagai wujud permohonan kepada Sang Pencipta. Berikutnya gerakan penari mengangkat buyung ke kepala yang bermakna bahwa air merupakan sumber kehidupan.

Ada pula gerakan saat penari berdiri sejajar untuk memperlihatkan toleransi dan tidak membeda-bedakan agama, suku, maupun ras. Wah memang mengagumkan Sobat Turisian, hampir semua gerakannya sarat akan makna yang bernilai luhur bagi kehidupan manusia.

Saat ini seni tari tradisional Kuningan ini, masih lestari dan menjadi ikon pada rangkaian Upacara Seren Taun di Cigugur, Kuningan. Upacara tersebut berlangsung selama 7 hari berturut-turut. Mulai dari pra-upacara pada tanggal 16 Rayagung dengan pembukanya ada Upacara Damar Sewu dan kesenian lainnya, antara lain Rampak Kendang dan Tari Kaulinan Barudak.

Baca juga: Curug Putri Palutungan Kuningan yang Indah, Tempat Singgahnya Bidadari

Berlanjut pada tanggal 18 Rayagung, ada kemeriahan dari berbagai rangkaianan acara. Hingga berakhir pada puncak acara pada tanggal 22 Rayagung, dengan pagelaran berbagai upacara ritual Pesta Dadung, dan kesenian lainnya. Sobat Turisian wajib catat dan mesti berangkat.*

 

 

 

Sumber: Disparbud Jabar

Pos terkait