TURISIAN.com – Sektor pariwisata Yogyakarta mempunyai strategi jitu menghadapi kebiasaan baru pasca pandemi Covid 19 dan strategi menuju endemi di 2023. Strategi dari Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (Dispar DIY) ini tercermin pada jargon Pranatan Anyar Plesiran Jogja.
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo memaparkan terkait penggunaan jargon Pranatan Anyar Plesiran Jogja tersebut saat TURISIAN.com bertemu langsung di ruang kerjanya. Pada hari Jumat siang, 23 September 2022.
Menurutnya, jargon ini merupakan SOP tatanan baru sektor pariwisata di Yogyakarta. Tujuannya untuk lebih mendekatkan dan memudahkan masyarakat untuk memahaminya.
“Jadi, suka tidak suka kita harus melakukan ini semua. Kebiasaan baru protokol kesehatan seperti menggunakan masker, cuci tangan atau hand sanitizer, dan jaga jarak, harus dilakukan dalam rangka menghindari Covid-19,” tutur Singgih.
Aplikasi Visiting Jogja
Selain itu, kata Singgih, dalam Pranatan Anyar Plesiran Jogja dari segi promosi dan publikasi, Dispar DIY juga telah berupaya mendigitalkan wisata lewat aplikasi Visiting Jogja. Aplikasi ini bertujuan untuk meminimalkan kontak langsung wisatawan, memudahkan mencari informasi wisata dan memudahkan untuk pemantauan.
“Wisatawan akan lebih mudah untuk mengakses destinasi wisata, akomodasi, hingga transportasi. Semuanya terintegrasi di dalam satu aplikasi. Termasuk terintegrasi dengan aplikasi Peduli Lindungi milik pemerintah pusat,” jelasnya.
Lebih lanjut Singgih menambahkan, meski terintegrasi dalam satu aplikasi, transaksi dan keuntungan semuanya langsung ke para pemilik usaha. Transaksinya melalui aplikasi ini berupa cashless (nontunai).
Baca juga: Dispar DI Yogyakarta Sambut Baik Kunjungan Tim Turisian
“Dispar DIY tidak memungut biaya apapun, kami hanya menyediakan aplikasi saja. Semua transaksi keuangan dan keuntungan masuk ke rekening masing-masing para mitra pelaku usaha wisata. Rekeningnya sudah berkolaborasi dengan Bank BPD Yogyakarta,” imbuh Singgih.
Dispar DIY juga terus berupaya menyosialisasikan protokol maupun standar operasional prosedur (SOP) yang ada seperti Pranatan Anyar Plesiran Jogja. Serta mendukung kesiapan destinasi maupun pelaku wisata, termasuk kesiapan dalam CHSE.
Singgih pun mengimbau kepada para wisatawan yang berkunjung ke Yogykarta. Lalu para pengelola destinasi, jasa wisata untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan dan SOP.
“Gotong royong, ketegasan, komitmen yang sama menjalankan SOP akan membuat ekosistem wisata Yogyakarta akan aman dari Covid-19 dan bisa bangkit lagi pariwisata. Serta siap dalam menghadapi endemi di tahun 2023 nanti,” ungkapnya.
Destinasi Wisata Unggulan Yogyakarta
Pasca pandemi dan memasuki era baru ini, destinasi wisata populer dan unggul di Yogyakarta hampir sama dengan daerah lainnya. Wisatawan yang datang lebih banyak mencari objek wisata alam atau wisata buatan tapi dengan konsep outdoor.
“Seperti destinasi di Puncak Suroloyo dan Pule Payung di Kabupaten Kulon Progo. Kemudian wisata pantai di Gunungkidul dan wisata buatan seperti Heha Sky View. Selebihnya wisatawan datang karena ada event wisata. Paling ramai ya event olahraga,” ujar Singgih.
Baca juga: 5 Surga Tersembunyi di Yogyakarta yang Harus Kamu Kunjungi
Terakhir, Singgih berharap ke depannya, pariwisata Yogyakarta khususnya dan umumnya pariwisata Indonesia akan bangkit dan lebih baik lagi. Sehingga berdampak positif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia.*