Tribut untuk Hardi, Sang Provokator Seni Lewat Pameran Jejak Perlawanan Sang Presiden

Hardi
Menteri Kebudayaan Fadli Zon saata membuka pameran bertajuk Jejak Perlawanan “Sang Presiden 2001” digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Kamsi 9 Januari 2025 lalu. (Foto: Dok, kementerian kebudayaan)

TURISIAN.com – Nama Raden Soehardi Adimaryono—atau yang lebih akrab disapa Hardi—akan selalu dikenang sebagai salah satu figur penting dalam sejarah seni rupa Indonesia.

Meski telah berpulang pada 2023, karya-karya seniman kritis ini terus bergema, menjelma inspirasi bagi banyak generasi.

Setahun setelah kepergiannya, sebuah pameran bertajuk Jejak Perlawanan “Sang Presiden 2001” digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.

Pameran ini resmi dibuka sejak Jumat, 10 Januari 2025, oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Dalam pidatonya, Fadli mengenang Hardi sebagai seniman yang tak hanya produktif, tetapi juga berani menyuarakan kritik tajam melalui kanvasnya.

“Setahun sudah Hardi berpulang. Namun, karyanya tetap abadi, menjadi inspirasi bagi kita semua dalam mewarnai perjalanan seni bangsa Indonesia,” ujar Fadli.

Hardi, yang kerap disebut sebagai salah satu pelukis terbaik oleh maestro Afandi, memang dikenal tak gentar menyuarakan kegelisahannya terhadap berbagai isu sosial-politik.

Tak mengherankan jika ia kerap menjadi sorotan, baik karena kreativitas maupun keberaniannya.

Pameran yang berlangsung hingga Minggu, 26 Januari 2025, ini menampilkan 78 karya. Termasuk 69 koleksi lukisan dan sketsa, lima jangker, empat keris, serta arsip pribadi. Semuanya,  merangkum perjalanan hidup sang seniman.

BACA JUGA: Ginting Institute Gelar Pameran Seni Lukis Bareng Galeri Zen 1 Jakarta

Jibril Fitra Erlangga

Salah satu daya tariknya adalah ruang memorabilia yang dirancang menyerupai studio Hardi. Lengkap dengan instalasi berbasis kecerdasan buatan yang menghadirkan pengalaman imersif bagi para pengunjung.

Sedangkan, bagi Jibril Fitra Erlangga, putra Hardi, pameran ini adalah wujud penghormatan mendalam bagi ayahnya.

“Kami sangat mengapresiasi inisiatif ini. Pameran ini bukan sekadar mengenang, tetapi juga melestarikan nilai-nilai yang diperjuangkan ayah saya,” kata Jibril.

Sementara itu, Menteri Fadli Zon berharap seni rupa modern Indonesia tidak hanya menjadi ruang ekspresi individu.

Tetapi juga alat untuk membangun dialog antarbangsa, melestarikan identitas budaya, dan mendorong perubahan sosial yang menjunjung nilai kebangsaan dan kebhinekaan.

“Karya Hardi, seperti juga karya para seniman besar lainnya, adalah aset bangsa. Kita wajib merawatnya,” pungkasnya.

Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan karya sang maestro, tiket pameran dapat diperoleh melalui registrasi langsung di lokasi.

Atau bisa juga dengan mengikuti pembaruan informasi di akun Instagram @galerinasional

“Jejak Perlawanan “Sang Presiden 2001” bukan sekadar pameran, tetapi pengingat bahwa seni adalah senjata untuk melawan ketidakadilan. ***

Pos terkait