TURISIAN.com – Pengelola destinasi wisata Venesia di Italia dibuat pusing tujuh keliling. Meski sudah disiati dengan memberlakukan tiket harian untuk para turis, tetap saja tidak mampu mengurasi wisatawan.
Dilansir dari Al-Jazeera pada Senin, 15 Juli 2024, Situs Warisan Dunia UNESCO ini mulai memberlakukan retribusi harian untuk turis pada bulan April.
Sistem ini dirancang untuk mengatur arus wisatawan ketika jumlah pengunjung berada pada puncaknya.
Namun, alih-alih mengurangi jumlah pengunjung, turis justru bertambah banyak.
Sebut saja, selama satu hari pertama masa uji coba, rata-rata tercatat 75.000 pengunjung di kota tersebut.
BACA JUGA: Brillo Pizza, Jajanan Italia di Pangandaran yang jadi Buruan Wisatawan
Sementara itu, Giovanni Andrea Martini, anggota dewan kota mengatakan jumlah tersebut meningkat 10.000 orang setiap hari.
Data ini diperoleh berdasarkan data ponsel yang melacak kedatangan di kota tersebut.
Anggota dewan kota lainnya, Simone Venturini–yang bertanggung jawab atas pariwisata dan kohesi sosial, mengatakan penilaian awal terhadap program tersebut positif.
Dan, mengonfirmasi bahwa sistem tersebut akan diperbarui pada tahun 2025, meskipun masih terdapat banyak orang.
Pada beberapa akhir pekan, menurutnya, jumlah orang yang datang lebih sedikit dibandingkan waktu yang sama tahun lalu.
Namun tidak ada yang menyangka bahwa para pelancong sepanjang hari akan menghilang secara ajaib.
BACA JUGA: Konser Musik Internasional Labuan Bajo Bakal Hadirkan DJ dari Italia
Membatasi Sewa Jangka Pendek
“Ini akan lebih efektif di tahun-tahun mendatang ketika kita menambah jumlah hari dan menaikkan harga,” tambahnya, tanpa menyebutkan berapa banyak pengunjung yang harus membayar pada tahun 2025.
Proposal untuk menggandakan biaya menjadi 10 euro atau sekitar Rp 176 ribu sedang dipertimbangkan untuk tahun depan.
“Tiket tersebut merupakan sebuah kegagalan, seperti yang ditunjukkan oleh data kota,” kata Giovanni Andrea Martini.
Sedangkan, para anggota oposisi di kota itu menginginkan kebijakan yang mendorong pemukiman kembali karena telah kehilangan penduduknya selama beberapa dekade.
Termasuk kebijakan membatasi sewa jangka pendek.
BACA JUGA: Penduduk di 6 Destinasi Ini Malah Menjerit Akibat Kelebihan Wisatawan
“Ingin menaikkan menjadi 10 euro, sama sekali tidak ada gunanya. Itu menjadikan Venesia sebagai museum,” kata Martini.
Banyaknya spanduk pada protes hari Sabtu juga menunjukkan meningkatnya kekhawatiran terhadap sistem pengawasan elektronik dan video.
Dimana sistem ini, diperkenalkan kota tersebut pada tahun 2020 untuk memantau data ponsel orang-orang yang tiba di kota tersebut.
“Tiket akses merupakan gangguan besar bagi media, yang hanya membicarakan tentang 5 euro Yang, akan menjadi 10 euro tahun depan,” kata Giovanni Di Vito, seorang penduduk Venesia yang aktif dalam kampanye menentang pajak turis.
“Tetapi tidak ada yang fokus pada sistem pengawasan dan pengendalian warga.”
BACA JUGA: Penduduk di 6 Destinasi Ini Malah Menjerit Akibat Kelebihan Wisatawan
Martini malah menganjurkan sistem pemesanan gratis untuk slot pengunjung. Kebijakan ini, guna mencegah keluarga berpenghasilan rendah diberi harga.
Hanya saja, sistem ini mampu melacak calon wisatawan yang datang.
“Kita harus bisa memperingatkan masyarakat bahwa jika mereka datang pada hari-hari tertentu. Mereka tidak akan mendapatkan waktu yang baik,” katanya.
Lebih lanjut, tujuan jangka panjangnya adalah menarik kembali warga.
Utamanya, bagi mereka yang sudah lama kehabisan air dari dalam kota beberapa tahun terakhir. Karena sewa jangka pendek semakin mendominasi pasar perumahan. ***