TURISIAN.com – Situs Purbakala Pugung Raharjo di Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, berpotensi menjadi astrowisata (Taman Bumi).
Hal ini menyusul penelitian tim Dosen Institut Teknologi Sumatera (Itera) dari Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan yang menyebutkan situs ini memang layak masuk taman bumi.
“Ini berdasarkan hasil penelitian kami dengan mengukur kecerlangan langit kawasan Situs Purbakala Pugung Raharjo,” kata Ketua tim Penelitian Pusat Riset dan Inovasi Wisata Geopark Global dan Wisata Langit (WG2WL) Itera Hendra Agus Prastyo, Minggu 4 Desember 2022.
Menurutnya, hasil penelitian dengan menggunakan Sky Quality Meter (SQM) di beberapa titik di situs purbakala tersebut didapatkan nilai kecerlangan langit malam tertinggi yaitu 20,07 MPAS dengan rata-rata 20,01 MPAS.
BACA JUGA: Mengunjungi Situs Petirtaan Ngawonggo dengan Nuansa Tempo Dulu dan Asri
“Dengan nilai kecerlangan langit malam tertinggi yaitu 20,07 MPAS dengan rata-rata 20,01 MPAS. Berarti daerah Situs Purbakala Pugung Raharjo merupakan tempat dengan kondisi langit malam yang masih dalam kondisi gelap dan sangat cocok menjadi tempat pengamatan,” kata dia.
Galaksi Bima Sakti
Ia juga mengatakan bahwa berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukannya. Beberapa hasil fotografi objek langit di Pugung masih bisa diamati tanpa alat bantu apapun di wilayah Punden salah satunya Galaksi Bima Sakti.
“Selain itu, Galaksi Andromeda juga cukup mudah dilihat dengan menggunakan kamera maupun binokuler,” kata dia.
BACA JUGA: Menelusuri Situs Cagar Budaya Candi Tinggi di Jambi
Ia juga menilai situs Purbakala Pugung Raharjo memiliki potensi geosite. Yakni, berupa batu basalt vesikuler. Dimana, merupakan batuan konstruksi pembangunan punden berundak di Situs Purbakala ini.
“Terbentuknya batu basalt ini memiliki daya tarik tersendiri karena mirip dengan batuan basalt yang ada di daerah Hawai,” kata dia.
Kemudian, pada situs ini juga terdapat sumber mata air yang sering digunakan sebagai tempat peribadatan masyarakat setempat.
“Mata air ini terbentuk akibat perpotongan antara muka air tanah dengan elevasi (ketinggian lahan). Hal ini menyebabkan air dapat mengalir melalui akar-akar pohon dan terbentuk kolam,” kata dia. ***
Sumber: Antaranews